Minggu adalah hari dimana saya harus..................tetap beraktivitas! :D Pada Minggu 20 Januari 2013, saya bersama teman seperjuangan saya, Zuhra, sudah memantapkan diri untuk hadir dalam Sunday Sharing with Indonesian Future Leaders dan Indonesia Mengglobal di Universitas Siswa Bangsa Internasional. Jarak yang agak jauh ditambah cuaca yang sedang tak bersahabat tidak mengurungkan niat kami untuk tetap hadir. Hadir dan tepat waktu. Saya tidak ingin melewatkan semenitpun untuk sesuatu yang saya sebut Indonesia's Golden Moment(s). Makanya saat Zuhra bergerak sedikit lambat dalam aktivitasnya, saya tegaskan untuk lekas bersegera hehehe. Dan lagi, kami hampir tidak berkesempatan untuk mengikuti acara ini dikarenakan kami belum mengirim e-mail konfirmasi pada batasan waktu yang telah ditentukan. Disana tertulis "...bagi yang tidak mengonfirmasi, tiketnya akan kami serahkan kepada yang lain..." Tiket memang sangat terbatas. Bahkan sebelumnya sampai ada waiting-list.
Teman saya sangat panik. Saya juga panik, tapi saya berusaha bersikap tenang untuk bisa mencari solusi. Ya iyalah, acara ini gratis hehehe. Bukan, bukan itu! It's all about the opportunity(es). Allah sudah memberikan kesempatan yang luar biasa pada jiwa-jiwa yang dikehendaki-Nya. Well, saya dan Zuhra harus teramat sangat bersyukur karena kita terpilih. Masa iya merelakan begitu saja kesempatan itu pergi bahkan karena kesalahan kami sendiri? Sekali lagi, saya tak mau jadi korban keadaan. Kami berusaha untuk menghubungi CP. Tapi sayangnya, saat itu Yahoo Mail sedang bermasalah. Entahlah., saat itu kami online di warnet. Akhirnya saya memutuskan untuk membuka e-mail saya yang berada di Google Mail dan berhasil mengirim sesuatu yang hendak kami sampaikan.
Teman saya sudah sangat panik. Saya berusaha menenangkannya lewat SMS dan mention di Twitter. Setelah lama menanti dan akhirnya..........alhamdulillah. Seketika si Zuhra pun kegirangan ;p Hmm...Allah Maha Baik :')
Saya dan Zuhra mengambil posisi persis di depan kursi narasumber. Kami, khususnya saya, memang tak pernah ingin berada di belakang, baik itu di kelas, seminar, atau apapun hehehe. Sebuah kejadian unik, lagi-lagi saya bertemu dengan Gea. Di hampir semua events yang saya ikuti selalu ada dia. Apakah mungkin kita berjod........ *hilang sinyal* :D
MC sekaligus moderatornya adalah kakak kita yang paling absurd, Kak Iman Usman, yang terobsesi ingin melanjutkan S2 nya di Hogwarts University -_- Tapi jangan salah, dia adalah mahasiswa berprestasi nasional (saya rasa internasional juga). Pembicaranya adalah Kak Donny Eryastha (S2 di Harvard Kennedy School) dan Kak Togi Pangaribuan (S2 di Harvard Law School).FYI, mereka semua anak UI loh tadinya. *bangga dikit ah saya*
Presentasi Kak Donny
- Untuk memiliki purpose kuliah diluar negeri, tanyakan ketiga pertanyaan ini pada diri kita: 1) What do I wanna be? [Ingin menjadi apa nantinya], 2) What are the opportunity costs? [Apa saja yang mesti dikorbankan untuk mencapai itu?], 3) How do I get there? [Bagaimana cara kita untuk mendapatkannya dan mengorbankan sesuatu itu?]
- Kenapa kuliah di luar negeri? 1) Better education, 2) Better career, 3) Better experience
- Kenapa pilih Amerika sebagai tempat kuliah? Coba kita lihat, di Amerika ada pusat industri seperti Google, Apple, dan sebagainya. Sistem pendidikan di Amerika sangat terkait dengan sistem perindustriannya.
- Kalau saya berjalan sepanjang perjalanan menuju kampus, minimal saya ketemu sama orang-orang dengan empat bahasa yang berbeda. Disana kita akan lebih paham mengenai keberagaman.
- Kalau ditanya soal apa yang dikorbankan untuk menempuh kuliah diluar negeri ya jawabannya ada tiga: uang, waktu, dan kenyamanan.
- Disana ada yang namanya Master Degree = waktu kuliah 2 tahun dan berorientasi pada industri. Ini biasanya untuk orang-orang yang mau langsung kerja, tapi disana kerjanya. Gelarnya Master of ... (tergantung major-nya). Doctorate Degree = waktu kuliah sekitar 5 tahun. Jurusan dan apa yang dipelajari sangatlah spesifik. Kira-kira dalam satu kelas hanya ada sepuluh orang. Ini nantinya untuk yang mau berkelut di bidang akademis, misalnya dosen. Dan bisa bekerja di Indonesia nantinya. Gelarnya P.h.D
- Ada juga Professional School dimana diantaranya Business School, Policy School, dan Graduate School. Untuk Business School dan Policy School biasanya mematok syarat minimal sudah ada pengalaman kerja dua tahun dan kerjanya harus korelasi sama bidang yang nantinya akan diambil. Kalau Graduate School itu syaratnya minimal telah lulus S1.
- Siapapun di negeri ini mungkin saja kok kuliah dimanapun. Semua elemen aplikasi kan bisa dipersiapkan. Tinggal alokasikan banyak waktu saja untuk mempersiapkan hal itu.
- Fokus terhadap mendapatkan yang terbaik, bukan fokus terhadap beasiswanya.
- Jangan percaya dengan mitos-mitos disekitar kalian! Cek websitenya sendiri dan lakukan pengamatan. Dari sekarang!
- Kalimat ini perlu kita garisbawahi: The only thing that stopping you is yourself. Tidak ada sesuatu lain yang menjadi penghalang. Hanya diri kita sendiri.
- Saat saya menjadi mahasiswa Harvard, banyak pertanyaan ini itu yang menghampiri saya. Saya jawab sebisa saya. Tapi saya bingung di era informasi yang seperti ini kok masih ada yang bertanya dengan pertanyaan "Kak, cara masuknya gimana?"
- Kita bisa buka website kampus tujuan dan lihat persyaratannya. As early as possible. Saya aja mempersiapkan ini dari tahun 2006 sampai 2009 loh.
- Apa kita perlu les-les TOEFL, IELTS, GMAT, etc? Boleh. Silakan. Tapi itu tidak perlu selama kalian bisa memanfaatkan informasi dengan baik. Buktinya saya, saya tidak ikut-ikutan les TOEFL saat itu. Saya hanya memanfaatkan booklet-booklet yang ada di internet. Tapi bisa kan?
- Aplikasi kita (persyaratan-persyaratan) merupakan cerminan diri kita dari berbagai arah. Contohnya syarat nilai IP itu untuk melihat sisi akademis kita, dan lain-lain.
- Lalu apa lantas yang paling penting adalah punya IP, TOEFL, dan yang lain dengan angka yang tinggi? Itu sebenarnya sudah tidak usah dipermasalahkan lagi. Karena semua yang mendaftar pastilah yang qualified dalam hal itu. Bayangkan kalau ada satu ember nama-nama pendaftar. Kita adalah satu diantara banyak. Lebih tepatnya diantara banyak yang qualified dalam hal nilai yang tinggi. Apa kita akan terpilih dengan hanya mengandalkan nilai-nilai itu? Tidak.
- Ini harus dicatat. Kuncinya ada di essay yang kita buat. Itu yang membuat kita berbeda dengan yang lainnya. Pada essay, kita bisa menambahkan apapun tentang diri kita dan tunjukkan bahwa kita layak mengemban ilmu disana.
- Essay adalah satu-satunya cara kita untuk berkomunikasi langsung dengan application committee. Promosikan diri kita. Tapi jangan bohong tentang pencapaian kita. Tulislah yang sebenar-benarnya. Bahkan jika prestasi kita memang banyak, kita bisa pick and choose yang mana yang ingin ditonjolkan. Kalau bisa yang unik dan aneh. Serta ada korelasinya dengan bidang ilmu yang ingin kalian tempa. Dulu saya menulis essay saya tentang perjalanan saya di sebuah tempat. Saya ke tempat itu untuk dua tujuan. Tapi saya menjelaskan dalam essay saya satu yang anti-mainstream.
- Usahakan tidak ada grammatically error atau typo di dalam essay kita. Kita bisa menggunakan jasa translator kalau memang kita merasa tidak terlalu yakin dengan kemampuan menulis kita dalam bahasa Inggris. Jika ingin irit, kita dekati saja teman kita yang pintar dalam berbahasa Inggris. Ajak jalan dan jajan, ngobrol-ngobrol, baru sampai ke tujuan yang utama hehehe.
- Setelah essay rampung, jangan langsung tutup kasus. Minta pendapat orang-orang, terutama mereka yang mengenal kita dengan dekat dan yang dapat kita percayai. Tanyakan kepada orang yang cerdas juga tak mengapa. Meski dikritik pada akhirnya, dengan itu kita bisa lebih baik.
- Buat essay kita interchangeable! Jangan karena kita daftar ke banyak universitas diluar negeri lantas kita mengirim essay yang sama ke semuanya. Bagaimana agar essay kita interchangeable? Kita perlu riset dulu tentang bidang di universitas yang ingin kita masuki. Misalnya saya anak hukum. Saya akan mencari tahu sebanyak-banyaknya tentang hukum di Harvard University. Kemudian saya tulis sedikit tentang itu. Itu menunjukkan bahwa kita memang niat masuk kesana.
- Saya punya cara yang agak jahat dalam mengerjakan essay saya. Tapi itu semata-mata karena saya akan melakukan apapun demi tercapainya target saya hehehe. Saya punya dua orang teman yang lulus dengan cumlaude dengan waktu lulus hanya 3,5 tahun. Oh iya, IP saya hanya 3,2 loh hehehe. Tapi mereka gagal masuk Harvard. Saya mendekati mereka dan meminjam contoh essay mereka. Saya menemukan kesamaan dari kedua essay mereka. Mereka terlalu teknis dan kaku. Maka saya mencoba membuat essay yang smoothly dan mengalir begitu saja. Dan akhirnya saya bisa kan?
- Ada persyaratan surat rekomendasi nantinya. Itu bisa kita dapatkan dari mana? Utamakan dari orang-orang terdekat kita dahulu. Misalnya dosen. Mulailah dekati dosen tak hanya untuk nilai, tapi juga hubungan yang lebih personal.
- Tak apa jika memiliki link ke orang-orang terkenal. Misalnya menteri. Minta surat rekomendasinya tak apa dari mereka. Tapi usahakan mereka mengenal kita dan tahu persis apa kontribusi kita. Jangan asal menodong minta dibuatkan surat rekomendasi. Nanti takutnya kita hanya diberi surat rekomendasi yang merupakan template yang tinggal diganti namanya saja hehehe.
![]() |
Para peserta Sunday Sharing sedang memperhatikan Kak Iman Usman berbicara. |
Sesi pertanyaan. Karena jawabnya saling sahut-menyahut, saya coba gabung dengan poin-poin saja ya.
- Di Amerika sangat jarang yang ambil Master Degree. Langsung mengambil gelar P.h.D
- Jika jurusan yang kita inginkan di S2 berbeda dengan jurusan S1 kita, tak apa berpindah haluan. Namun jika dari jurusan yang ke-IPS IPS-an ingin pindah ke jurusan ke-IPA IPA-an agak sulit. Biasanya ada persyaratan kita harus punya sertifikasi atau apapun yang menunjukkan kalau kita mampu di bidang yang akan kita ambil nantinya itu meski S1 nya berbeda bidang. Misalnya kita kerja dulu dan menjadi profesional di bidang yang akan kita ambil nanti. Niscaya haluan kita yang berpindah akan disetujui.
- Mengapa kita perlu mengalokasikan waktu yang sangat banyak? Salah satunya karena kalian harus tahu dan benar-benar memahami dulu seputar bidang yang nantinya akan kalian ambil. Saya punya teman yang asal coba-coba apply beasiswa ke luar negeri. Ternyata dapat. Ia mengambil bidang Laws Economics. Tadinya ia memang anak hukum. Ia mengira Laws Economics itu tenyang hukum-hukum dalam berbisnis dan sejenisnya. Ternyata dia salah perkiraan. Laws Economics itu 75% tentang ekonomi, sisanya barulah hukum. Sekarang ia hanya bisa geleng-geleng kepala. Ini jangan sampai terjadi pada kalian.
- S2 itu sejujurnya adalah gangguan buat hidup kamu hehehe. Saya pikir bagi yang memang ingin melanjutkan studi sampai setinggi-tingginya memang harus langsung ambil S2 setelah lulus S1. Karena seperti yang saya bilang tadi, S2 itu gangguan. Buat kamu yang sudah punya calon apalagi hehehe.
- Untuk apa lulus cepat-cepat 3,5 tahun dari S1 kalau yang didapat hanya teori saja? Bagi kami, lamanya kelulusan itu tidak sebanding dengan banyaknya hal-hal yang di dapat dari perkuliahan itu. Saya punya teman, ia lulus hampir 5 tahun. Tapi ia sangat aktif di organisasi-organisasi. Kontribusinya pun terlihat secara nyata. Maka tak ada yang disesalkan dari lamanya ia lulus. Kecuali kalau memang kita sudah punya target jelas yang merupakan alasan mengapa kita ingin lulus cepat-cepat. Barulah tak mengapa buru-buru pun.
- Di Harvard ada program dimana yang lebih muda adalah yang utama untuk masuk di Harvard. Mereka kerja dulu selama dua tahun, dua tahunnya lagi baru kuliah. Tapi dua tahun masa kerjanya itu mereka sudah terhitung menjadi mahasiswa Harvard.
- Untuk pengalaman kerja, jangan tunggu sampai kita lulus S1! Itu telat. Mulailah bekerja dari sekarang agar nanti tak kaget dan bisa menemukan pekerjaan mana yang nyaman dengan kita.
- FYI, kalau lihat film-film yang background-nya seperti di Harvard University, itu bukan Harvard! Sekarang sudah ada pelarangan untuk syuting di Harvard. Hehehe
Lalu masuk ke sesi sharing pengalaman para speakers selama kuliah diluar negeri.
Kak Togi
- Di Indonesia, dosen sebagai fasilitator masih dipertanyakan keabsahannya. Tapi di Harvard, saya akui dosen memang benar-benar hanya sebagai fasilitator.
- Saya punya teman orang Singapore. S1 nya di Cambridge. S2 nya di Oxford. Semoga S3 nya di Harvard, lengkap sudah catatan perjalanannya dalam dunia pendidikan hahaha. Kalian tahu usianya berapa? Baru 23 tahun.
- Saya saat itu duduk dibelakang seorang teman saya yang satu mata kuliah penuh main Facebook dan lihat-lihat skor pertandingan. Saya pikir "Wah aman! Ada yang lebih bego dari gue nih." Dan saya santai saja. Tapi setelah dosen bertanya, teman saya itu langsung menunjuk tangan dan maju ke depan. Ia menjawabnya dengan sangat lancar. Wow.
- Minggu pertama di Harvard dihabiskan para mahasiswa untuk shopping. Maka minggu selanjutnya saya masih santai saja dong. Tapi ternyata diskusi langsung dimulai dan teman-teman yang lainnya lancar-lancar saja meladeninya. Ternyata mereka sudah membaca buku-buku sejak jauh hari. Baca sampai ke hal-hal yang optional pula.
- Yang selalu teringat dari Harvard bagi saya adalah atmosfer ambisius para mahasiswanya.
Kak Donny
- Harvard Kennedy School itu khusus untuk yang sedang atau ingin mendalami sektor publik. Saya merasa saya belum punya apa-apa. Perasaan itu bertambah ketika saya tahu bahwa teman saya di kelas ada yang merupakan pendiri sebuah partai besar di negaranya, dan sebagainya. Bahkan saya pernah duduk di sebelah teman saya yang merupakan direktur utama bank sentral di Afghanistan.
- Sepengetahuan saya, teman-teman saya hampir semuanya menguasai minimal 3 bahasa asing. Tentunya selain bahasa Inggris.
- Lucu. Dosen suka bertanya tentang negara-negara berkembang yang bahkan namanya asing di telinga kita. Tapi saat dosen itu bertanya selalu saja ada yang menunjuk tangan dan bilang bahwa ia pernah ke negara tersebut untuk melakukan hal-hal yang tidak semacam dengan rekreasi atau traveling, melainkan yang serius-serius. Seperti riset, dan lain-lain. Wow.
- Yang selalu teringat dari Harvard bagi saya adalah bagaimana ia membuat kita menjadi punya standar yang lebih tinggi dan hasil kerja yang semakin tinggi pula.
Saya sempat speechless dan cuma bisa bilang "Subhanallah" berulang-ulang. Karena saat saya merasakan berkuliah di Universitas Indonesia saja, setiap harinya kursi saya bagai kursi panas. Atmosfer keambisiusan sudah terasa mulai dari langkah kaki saya yang pertama di UI. Saya tak terbayang tentang bagaimana jika saya di luar negeri nanti ya Allah. Bisa! Bisa! Bisa! La takhaf, innallaha ma'ana :')
![]() |
Keren banget...............tulisan yang di atasnya. xD |
![]() |
Just don't care about surrounding. Just don't care. xD |
Wah, itu foto-foto diatas kayaknya calon mahasiswi Harvard nih ya? Oxford deh? Cambridge gimana? Dll? Aamiin Allahumma Aamiin xD
Ohya, yang mau lihat kultwit tentang ini semua bisa cek DISINI :)
Sekian dulu ya. Semoga apa yang saya coba bagikan ini dapat dipetik manfaatnya oleh kita semua. Sebenarnya ini bukan hanya untuk yang ingin kuliah di Amerika, dimanapun yang kalian inginkan, ambilah pelajaran dari sini. Semoga Allah selalu meridhoi langkah-langkah kita ya. Terutama langkah untuk mencari ilmu sebanyak-banyaknya dari manapun di belahan bumi-Nya ini. Aamiin :)
Terima kasih atas tulisannya, sangat membantu! :)
ReplyDeleteTerima kasih kembali :))
Deletesaya subscribe blog mba lho..senang sekali klo bisa lebih dekat..
ReplyDeleteini alamat blog saya.... deanjunior.blogspot.com dan liaarianitaliaanwar.blogspot.com
siapa tau bisa beri kritik dan sarannya .. :)
Wah, terima kasiiih! :D
DeleteAku senang punya teman baru. Salam kenal! ;)