07 November 2012

Leadership Talkshow LDMK BEM FIB UI 2012

(Pic: pinterest.com)

Hari mulai menjelang sore. Saya masih saja memasang tampang pilu saya. Sangat saya sesali ternyata sekitar saya menyadari bahwa saya sedang tidak dalam kondisi yang baik. Kawan saya Singgih Prakoso berusaha terus-menerus menghibur saya. Ia mengajak saya untuk menghadiri acara talkshow yang diadakan oleh BEM FIB UI (fakultas kami heheheh). Ia nampaknya tahu bahwa hal seperti inilah yang menarik perhatian saya. Akhirnya saya mengikuti sarannya. Kami adalah dua orang peserta pertama yang hadir di dalam auditorium. Kemudian kami menertawakan diri kami berdua yang nampak terlalu bersemangat. Sebelum acara dimulai, kami berbincang-bincang dari yang ringan sampai yang berat. Kemudian rekan kami Nuzul dan Candra tiba-tiba ada disebelah kami. Kemudian mereka semua memotivasi saya dengan cara mereka masing-masing. Sungguh pembunuhan waktu yang teramat indah.

Acara pun dimulai. Pembicara pertama adalah Pak Indra J. Piliang. Alumni departemen Sejarah FIB UI yang kini menjadi anggota DPR. Kami sedari awal telah menyiapkan catatan kami. Inilah sedikit banyak yang dapat saya sharing dari pembicara pertama. Mungkin saya akan mengemasnya dengan berpoin-poin agar langsung masuk pada intinya. Pembicara pertama lebih berbicara tentang pemimpin muda.

  • "Jaman dahulu, mahasiswa tidak diperbolehkan untuk membicarakan hal-hal yang berbau politik. Tidak ada kebebasan berbicara secara utuh. Beda dengan sekarang, bahkan rektor pun diturunkan oleh mahasiswa. Mengapa demikian? Berarti pemuda memang memiliki peranan yang cukup sentral pada kemajuan sebuah instansi maupun negara."
  • "Nanti sekitar 20-30 tahun lagi saya dan orang-orang seumuran saya diluar sana akan menjadi beban untuk kalian semua wahai pemuda-pemudi."
  • "Pada 20-30 tahun lagi dapat diprediksikan angkatan kerja kalian akan sangat banyak. Dalam hal ini dibutuhkan sebuah bentuk kepemimpinan yang tepat."
  • "Mengapa di Indonesia nampaknya pemimpin atau pejabat negara tidak terlalu "berbobot"? Mari kita bandingkan dengan China. Disana ada 40 universitas yang dikhususkan untuk kaderisasi pemerintahan. Mereka diberi asupan doktrinasi partai dengan sangat intensif. Maka akan lahirlah kader-kader terbaik. Ya, kuncinya adalah kita tidak dipersiapkan dengan baik."
Itulah beberapa yang bisa saya tangkap dari pembicara pertama. Disela-sela sesi pertama, saya dan Singgih lebih banyak mendiskusikan tentang buku yang baru saja saya beli hehehe. Buku itu tentang United Nations dan apapun yang berada didalam naungannya. Sangat pas momentnya ketika kami tahu bahwa pada sesi selanjutnya ada salah satu pembicara yang bekerja untuk UNESCO. Wow! Saya langsung teringat 2 teman saya yang sangat tertarik dengan UNESCO, yaitu Vinayakan Aiyer (ia tinggal di India) dan Mohamed Soliman (ia tinggal di Mesir).


Pembicara dari UNESCO itu bernama Kak Leo. Saya kurang tahu nama lengkapnya. Pembicara lainnya yaitu Kak Iman Usman (mahasiswa berprestasi nasional, sekarang kuliah di FISIP prodi HI di UI), Kak Dimas (CEO kartunet.com, alumni Sastra Inggris FIB UI, pernah masuk Kick Andy loh), dan Kak Dirgayuza (penjelasannya panjang hehehe). Mereka berbicara tentang yang muda yang menginspirasi.

Talkshow langsung dibuka dengan pertanyaan moderator:

1. Apa esensi inspirasi bagi kalian secara pribadi?

  • Kak Leo: Inspirasi bisa ditempa secara optimal jika kita berkomitmen pada bidang-bidang tertentu yang memang passion kita. Percaya deh, pemuda adalah agen-agen perubahan utama. Mari kita menginspirasi yang lainnya sesuai dengan passion kita!
  • Kak Iman: Bagi saya inspirasi itu kebutuhan.
  • Kak Dimas: Yang menginspirasi itu adalah kontribusi yang dilakukan sesuai kapasitas yang kita miliki. Menginspirasi orang lain pastinya nanti berujung pada perubahan yang terjadi di diri orang lain.
  • Kak Dirgayuza: Gue percaya kalo kita emang dipercaya buat ngelakuin hal-hal gila. Hal-hal gila disinilah yang bisa menjadi inspirasi orang banyak. Lo ga perlu jadi superman buat ngelakuin hal yang besar. At least, lo bisa gunain social media buat ladang inspirasi lo. Gue akan jelasin tentang "The Power of Declaration"
Kemudian Kak Dirgayuza menampilkan slidenya. The Power of Declaration atau kekuatan dari deklarasi ternyata tak bisa disepelekan. Ketika kita mendeklarasikan impian-impian kita, selain hal itu menjadi sebuah sugesti bagi diri sendiri, namun juga akan membawa banyak keajaiban. Contoh: ketika Kak Dirgayuza mengupdate di Twitter-nya bahwa ia inginkan beasiswa di Australia. Ternyata ada yang meretweet dan memberikannya info tentang beasiswa tersebut. Kita dikelilingi oleh orang-orang baik. Jangan siakan kesempatan untuk mendeklarasikan apa yang kita mau.

2.  Apa tantangan kalian dalam mencapai impian kalian dan apa solusinya?

  • Kak Leo: Dulu saya anak kampung. Maka tantangan utamanya adalah masalah pendidikan. Saya ketika usia 15 tahun sering membuat kelompok belajar dengan teman-teman saya yang bersekolah. Saya memasang mindset "saya harus melakukan sesuatu". Tapi apa itu? Saya mencintai seni dan budaya. Maka saya akan melakukan apapun yang berhubungan dengan itu. Singkat cerita, segalanya membawa saya pada UNESCO. Saat itu pihak UNESCO bilang pada saya "Ternyata kita memang harus mendengarkan suara pemuda."
  • Kak Dimas: Seperti yang kita semua tau. Saya memiliki keterbatasan. Namun saya pasang mindset "masyarakat tidak dilihat dari keterbatasannya..melainkan kebermanfaatannya.." Oleh karena itu saya membuat kartunet.com. Karena bagi saya internet adalan non-comfort zone, ia bisa menawarkan peluang yang sebelumnya tak bisa terakses. Tentu saja akan banyak inspirasi yang hadir melalui sana.
  • Kak Dirgayuza: Oh iya gue punya mimpi bikin perpus sendiri. Challenge terbesar itu bukan dari luar, tapi dari dalam diri gue sendiri. "Pantes ga yaaa?" dsb. Tapi karena gue punya orang-orang positif disekeliling gue, baik dunia nyata maupun dunia maya, gue selalu percaya akan kemampuan diri gue. Gue banyak ambil pelajaran dari mereka atau bahkan mereka motivasiin gue secara langsung. Makanya kelilingilah dirimu dengan orang-orang positif.
Kemudian Kak Dirgayuza bercerita tentang pengalamannya. "Kalian tau ga kisaran tahun 2000-2005 berapa jumlah surat pengaduan yang masuk ke DPR? Ada 130. Dan itu lebih sedikit daripada jumlah anggota DPR pada keseluruhan. Indonesia yang segini banyak penduduknya masa cuma 130 yang ngadu? Padahal kalo diliat-liat ada beberapa kebijakan yang tidak disetujui oleh masyarakat. Mengapa hal ini bisa terjadi? Ya, karena masyarakat atau bahkan pemerintah belum mengerti mekanismenya dengan baik. Gue yang waktu itu di Aussie tetep komitmen mau berkontribusi buat negara gue. Disana gue mempelajari konsep pengaduan masyarakatnya. Setelah gue tau, gue sebar ilmu itu di Indonesia. Kalian tau apa lagi yang terjadi selanjutnya? Pada tahun berikutnya surat pengaduan ke DPR masuk 10.000. Begitulah inspirasi."

Pada pertanyaan kedua ini, Kak Iman sudah beranjak pergi dikarenakan ada urusan lain yang mendesak. Jadi itu alasan saya tidak mencantumkan nama Kak Iman Usman lagi di pertanyaan kedua ini.

3. Tadi sempat disinggung bahwa jika kita ingin menginspirasi, kita harus tahu dimana ladang kita dan apa passion kita. Bagaimana jika kita memiliki banyak passion? Apakah akan berujung pada sesuatu yang takkan terealisasi jika kita masih ragu dan labil seperti ini?

  • Kak Leo: Gapapa passion masih bercabang. Berarti kita menyadari bahwa kita berkemampuan banyak dan punya banyak kelebihan. Tapi evaluasi itu perlu. Karena hidup adalah pilihan. Selama kita masih mengikuti passion kita, kita akan fine-fine saja menjalankannya. Saya punya motto "Let's celebrate life!" Maksudnya kita tau waktu kita terbatas untuk hidup di dunia ini. Mari kita rayakan dengan menjadi inspirasi bagi orang lain. Lakukan sesuatu yang bermanfaat, apalagi sesuai passion. Pasti akan sangat menyenangkan.
  • Kak Dimas: Gini aja, kita mesti melihat kebawah. Bahwa banyak orang-orang yang terkena mental-blocking, boro-boro berani bermimpi. Apalagi punya passion. Karena itu apapun passion kita, yang manapun yang mau kita kembangin, jadilah sesuatu yang bermanfaat.
  • Kak Dirgayuza: Menurut gue sih mesti dibatasin aja tuh passion-nya. Maksimal 3 deh yang mau ditekunin. Tapi bagus juga loh punya passion banyak. Itu artinya kita lebih fleksibel. 
Kemudian Kak Dirgayuza bercerita lagi. "Kalian tau ga konsep apa yang mendasari terbentuknya sekolah Pelita Harapan? Simple. Owner-nya cuma mau anaknya pergi ke sekolah yang bagus. Dan dia bikin sekolah yang bagus sekalian deh tuh. Oh iya, di dalam hidupnya, dia berprinsip mau jadi bermanfaat buat orang lain dari orang lain itu lahir sampe mati. Makanya dia bikin deh tuh produk-produk macam Axis, Lippo Bank, Helicopter (brand-nya saya lupa), dan San Diego Hills. Yang ga disebut juga ada."

Sontak kami takjub. Takjub pada semua bagian dari talkshow yang hampir selesai ini. Kemudian ini adalah final question yang nampaknya sangat tidak mudah untuk kami relakan pergi begitu saja. Kami pasang telinga kami dengan kapasitas yang maksimum.

4. Closing statements?

  • Kak Leo: Jangan takut untuk bermimpi! Meski nantinya kita akan temui bagian tersulit, yaitu ketika jatuh. Akan sangat berat untuk bangkit lagi. Ketika kita sedang mengalami itu, gunakan prinsip katapel. Tarik dulu kebelakang dan kemudian akan melesat lebih jauh. Kadang kita perlu meng-enol-kan diri kita dahulu. Kalimat terakhir dari saya "If you want to search problem, it can be found so many in our country. But if you want to see the change, please look inside you."
  • Kak Dimas: Ketika kita tau bahwa apa yang kita lakukan itu bermanfaat bagi orang lain, maka ketika jatuh pun kita akan ikhlas. Sebab kesalahan itu adalah belajar. Kita akan belajar agar tak terulang lagi dan tetap ikhlas menebarkan manfaat. Kalian perlu ingat kata-kata ini "Ketika kamu inginkan sesuatu, yakin dan percayalah bahwa semesta alam akan berkonspirasi bagaimanapun caranya untuk mencapai inginmu itu." So, jangan takut bermimpi! Dan jadilah inspirasi.
  • Kak Dirgayuza: Gue ingetin lagi soal The Power of Declaration. "No declare, no hope." Kenapa? Kalo orang lain ga tau apa yang lo mau, siapa yang akan gerak bantu lo untuk mewujudkannya? Ga muna, kita butuh orang lain. 3 pesan dari gue "Jadilah orang yang peka, mampu membaca zaman, dan jangan jago konsep atau wacana doang. But make it concrete!"

WHAT AN AMAZING CLOSING STATEMENTS, GUYSSSS!!! Never regret deh pokoknya. Subhanallah. Memotivasi saya yang sebelumnya sedang tak punya suasana hati yang jelas. Terima kasih buat BEM FIB UI 2012 yang bikin acara semenarik ini. FIB memang selalu ada acara bagus hehehe. Terima kasih juga teruntuk Singgih yang sudah menyarankan kemana kaki saya mesti melangkah. Walaupun orangnya sendiri tak menghadirinya sampai acara habis hehehe. Terima kasih juga untuk Nuzul dan Candra yang sempat menyemangati saya disela talkshow itu. Semoga tulisan ini bisa menularkan semangat kami yang datang ke talkshow itu kepada kalian yang belum berkesempatan hadir. Aamiin Allahumma Aamiin :)


No comments:

Post a Comment