10 November 2012

APSIA UI Interactive Talkshow: Prestasi

Setelah menulis tentang talkshow pertama yang membahas tentang prestasi DISINI, saya akan melanjutkan tulisan  saya ke talkshow kedua. Seperti yang saya bilang, dalam beberapa bulan terakhir saya sudah menemukan dua talkshow yang membahas tentang prestasi. Itu menandakan bahwa prestasi memang bukan hal sembarangan. Dalam hidup kita harus memiliki prestasi. Pada talkshow sebelumnya di Transformer Formasi FIB UI juga telah dijelaskan bahwa prestasi itu tidak sekedar yang nantinya akan mendapatkan piala, piagam, dan semacamnya. Boleh dibaca lagi ya yang talkshow sebelumnya.

Talkshow kedua saya hadiri bersamaan dengan pre-grand launching APSIA UI. Apa itu APSIA UI? Kalian bisa lihat detailnya DISINI. Alhamdulillah, saya termasuk ke dalam 100 orang-orang hebat yang berada disana. Singkatnya, APSIA UI (Acceleration Program for Student's International Achievement University of Indonesia) merupakan program dari direktorat kemahasiswaan untuk melatih atau mengkader 100 mahasiswa pilihan yang pernah menjuarai kejuaraan minimal tingkat nasional maupun internasional. Disini kami akan dipersiapkan untuk mewakili UI atau bahkan Indonesia untuk mengikuti perlombaan-perlombaan tingkat internasional. Saya juga awalnya heran mengapa saya bisa lolos seleksi hehehe. Awalnya seleksi berkas, data-data dan sertifikat/piagam di scan. Lalu saya dapat panggilan untuk wawancara. Hebohnya lagi, si kakak pewawancara menggunakan bahasa Inggris meski tak pada semua pertanyaan. Saya berusaha sebisa saya. Pada akhirnya saya lolos dan menjadi bagian dari keluarga besar APSIA UI.


Pertemuan yang sangat menegangkan. Karena saya melihat orang-orang disekeliling saya memiliki ambisi untuk menang meski kita tidak sedang berlomba, terlihat sangat individualis. Terlihat pula ketika kakak panitia menjargon "Champion?!" Lalu kita sama-sama mengepalkan tangan sambil berteriak tegas "Yes, we are!!!" Namun nampak dari wajah mereka sedang berkata "Yes, I am!!!" hehehehe. Saya bertemu dengan dua orang teman saya di kelas OBM, yaitu Zahra (Fakultas Kedokteran) dan Nyanya (Fakultas Psikologi). Nampaknya kami berjodoh hehehehe. Diawali dengan ice-breaking yang sangat konyol. Kami disuruh menari ala video yang ditampilkan di layar. Ya, tak ada alasan bagi kami untuk malu. Sepertinya kami memang tidak ada yang pemalu. Mungkin awalnya hanya menjaga image hehehehe. Lalu berlanjut pada sesi perkenalan. Disana kami diwajibkan untuk menghafal nama, fakultas, jurusan, dan asal SMA masing-masing member pada grup yang telah ditentukan dengan waktu yang cukup sedikit. Lalu berlanjut ke sesi deep-sharing. Disana kami bebas bercerita apa saja kepada members di kelompok kami. Tapi yang digarisbawahi, harus menggunakan bahasa Inggris. Karena kelompok kami sedikit ngeyel, maka kami menggunakan bahasa campuran hehehehe. Pada deep-sharing tersebut, saya semakin merasa minder. Saya diceritakan tentang pengalaman-pengalaman mereka yang menurut saya harus ditanggapi dengan kata "Wow". Mereka ada yang pernah exchange ke Amerika, nilai UN tertinggi se-Provinsi, konferensi di Eropa, dan lain-lain.

Betapa meringisnya saya berada ditengah-tengah lautan manusia hebat seperti ini. Saya sampai bertanya pada salah satu member "You guys please be honest, am I 'good' enough to be here?" Saya bertanya dengan wajah pasrah. Kemudian teman saya menjawab dengan lantang "Hey, what are you talking about? SURE! You're the best of the best. Realize that!" Jleeeeb. Betapa bangga dan harunya saya mendengar kalimat itu. Saya dibilang hebat oleh orang yang hebat. Subhanallah walhamdulillah. Akhirnya saya membuang rasa minder saya dan percaya bahwa Allah telah memantaskan saya untuk berada disana.

Setelah waktunya solat dan makan siang, kami masuk kembali ke auditorium untuk mengikuti interactive talkshow. Talkshow kali ini menghadirkan 3 pembicara luar biasa. Mereka semua adalah mahasiswa berprestasi. Bang Dika, Bang Jay, dan Bang Fadel. Bang Fadel ini nih yang sedikit agak mengalihkan pandangan saya dan mungkin juga perempuan lainnya hehehehe #jujur.
Mereka memiliki kelebihan masing-masing. Diantaranya yaitu Bang Dika yang mendirikan non-government organization yaitu Aliansi Remaja Independen, Bang Jay yang mendirikan Badan Interaktif Islami, dan Bang Fadel yang sedang mengembangkan ide-idenya untuk kemajuan dalam bidang ekonomi. Sebetulnya masih banyak lagi pencapaian mereka. Lelah juga kalau disebutkan satu persatu. 

Langsung saja saya ulas isi dari talkshow-nya.

Apa esensi dari mahasiswa berprestasi dan prestasi itu sendiri?

Bang Jay
  • Mahasiswa berprestasi hanyalah sebatas label. Namun bisa jadi sarana untuk melompat lebih tinggi.
  • Prestasi adalah bagaimana kita memanfaatkan kemampuan yang kita punya untuk kebermanfaatan orang banyak.
Bang Dika
  • Prestasi itu bukan apa yang kita dapat, tapi memberi banyak hal yang kita bisa.
  • Prestasi adalah sebuah anugrah. Kepercayaan dari Allah dan semua orang, yang diberikan kepada kita untuk melakukan yang terbaik.
  • Ketika kita berprestasi, buatlah orang lain berprestasi juga. Katakan ini pada teman-teman kita "Di atas gunung itu ngga cuma ada tempat buat satu orang. Ayo ikut aku kesana! Lalu kita akan bersama-sama melihat indahnya dunia."
Bang Fadel
  • Gelar mahasiswa berprestasi itu timbul akibat dari perlakuan-perlakuan positif yang kita lakukan.
  • Prestasi itu ada dua tahapan. Prestasi Individu (mencapai yang diinginkan dan membahagiakan diri sendiri) dan Prestasi Kolektif (saatnya kita kembalikan lagi apa yang kita dapat kepada masyarakat).

Kapan kalian mengahadapi masa-masa turning point? Dan bagaimana menanggulanginya?

Bang Jay
  • Turning point saya ketika saya menjadi mahasiswa di UI. Saya harus melakukan yang terbaik karena peringkat saja tidak cukup. Menurut saya anak UI yang ranking 1 sampai 3 di SMA nya itu sudah biasa. Saya harus punya mindset bahwa masuknya saya di UI merupakan sarana Allah untuk mengembangkan saya untuk kemudian berkontribusi terhadap masyarakat luas.
  • Lingkungan mempengaruhi loh. Kita boleh bergaul dengan siapa saja, tapi untuk yang dijadikan untuk berada di sisi kita setiap saat HARUS lah orang yang positif.
Bang Dika
  • Turning point tidak harus ada di situasi krisis. Melainkan memang harus dipaksakan agar kita bisa memutuskan hal yang penting dalam hidup.
  • Saya mengalami masa turning point pada awal semester masuk UI. Saya merasa bagai katak dalam tempurung. Saya dikerjai oleh kakak kelas saya yang bilang bahwa sosiologi itu mirip-mirip dengan biologi. Secara, saya IPA banget dan kebetulan suka biologi. Tapi saya nyasar. Pada saat itu juga saya masih memegang prinsip self-centric. Saya merasa dunia berpusat pada saya, yang lain hanya ngontrak. Lalu kemudian saya merenungi tentang tujuan-tujuan hidup saya. Baru lah saya bangkit.
  • Saya mengerti bahwa sesuatu adalah passion saya ketika saya mau melakukan itu tanpa harap apa-apa.
Bang Fadel
  • Setiap manusia pasti punya turning point.
  • Turning point saya yaitu ketika semester awal di FE UI, saya masuk BEM UI dan lekas menjadi percaya diri. Meski agak gagal ketika saya jadi panitia sebuah acara. Tapi dsitulah letak turning point-nya. Saya jadi berani men-challange diri saya.
  • Buat goals sekecil apapun, dan apresiasi itu. Contoh berhasil mengerjakan tugas tepat waktu, apresiasi itu. Hargai pekerjaan kita. Katakan pada diri kita sendiri "Gue hebat, gue bisa."

Mengapa kita semua harus berprestasi?

Bang Jay
  • Prestasi bukan cuma sekedar untuk menerima dan memberi. Tapi tentang mempertahankan. Mempertahankan prinsip dan idealisme yang kita punya.
Bang Dika
  • Alasan berprestasi ada dua. Alasan pragmatis: untuk nambah CV, dapat uang, piagam, dan lain-lain. Alasan idealis:  menginspirasi orang lain.
  • Orang yang anti-mainstream pasti jadi role model. Idealisme nya banyak yang suka.
Bang Fadel
  • Kenapa mesti berprestasi? Jawabannya simpel. Untuk membahagiakan diri sendiri dan orang lain.
  • Jatuh bangun itu wajar. Namanya juga manusia. Ketika sedang down, lakukan apa saja yang kita suka. Apa saja. Tapi pastikan galaunya kita adalah galau yang positif. Namun ikrarkan pada diri sendiri bahwa setelah recover harus bangkit. Toh, apa yang membuat kita cheer-up itu cuma diri kita sendiri yang tahu, bukan?
  • Prestasi dan kesuksesan punya trinitas. Interpreter, social, dan academic. Silakan pilih jalanmu sendiri. Saya sarankan sering-seringlah menulis. Karena semakin sering orang menulis dan turun ke masyarakat, maka akan semakin meninggi kemampuannya.

Kali ini studi kasus. Masalah yang sering ada pada diri seseorang yang prestatif dan kompetitif adalah kecenderungannya untuk individualis dan egois. Serta hanya mau berteman dengan orang-orang yang menurutnya sepaham saja. Ada kalimat yang menganalogikannya seperti ini "Kalau kamu makan di takor, mungkin semua orang yang ada disana akan menyapa kamu. Tapi belum tentu ada satu orang pun yang bisa duduk berhadapan dan mengobrol lama denganmu." Bagaimana pendapat kalian?

Bang Jay
  • Ingatlah, bahwa pencapaian sekecil apapun pasti ada campur tangan orang lain.
  • Kita harus memiliki ketulusan untuk memberikan sesuatu untuk orang-orang yang terlibat dalam pencapaian kita. Jangan lantas seperti self-centric seperti yang Dika bilang tadi.
Bang Dika
  • Untuk itulah seseorang yang prestatif atau kompetitif harus memiliki personal relationship. Karena kekuatan itu bukan hanya pada diri sendiri. Kita berteman bukan menggunakan benefit-mindset yang saling cari-cari keuntungan dan kerugian. Melainkan kita harus memasang mindset sukses bersama-sama.
Bang Fadel
  • Memang saya akui orang-orang yang prestatif cenderung sangat selektif dalam memilih teman atau yang lebih dari teman.
  • Ketika kita mengobrol dengan orang, posisikan diri kamu sebagai pembelajar. Bukan yang menggurui. Kita sama-sama belajar. Nantinya orang lain pun akan nyaman mengobrol dengan kita berlama-lama.
  • Tapi yakinlah, entah mengapa Allah akan menjuruskan kita ke lahan-lahan yang tepat. Secara otomatis kita akan mendapatkan teman-teman yang Allah pantaskan untuk kita. 

Closing statements?

Bang Jay
  • Hidup kita singkat. Jangan menyesal jika nanti di akhir belum bisa meraih dan memberi apa-apa. Berprestasilah!
Bang Dika
  • Untuk kalian yang berjiwa prestatif, bangunlah mentalitas untuk memberikan yang terbaik, bukan untuk selalu menjadi yang terbaik.
Bang Fadel
  • Berprestasi itu berani. "No growth in comfort zone, and no comfort in growth zone."

Lagi-lagi ini adalah talkshow yang sangat memotivasi saya. Sepulang dari talkshow dan serangkaian acara APSIA UI, saya langsung menulis pada stickynotes laptop saya "Putri, kapan lagi nih dapat penghargaan? Dan kapan lagi nih memberikan inspirasi buat orang sekitar?" 

Sekian tulisan saya mengenai talkshow ini. Kita semua bisa kok berprestasi kayak abang-abang pembicara. Percaya deh sama kata-kata saya. Semoga tulisan saya ini dapat bermanfaat untuk kita semua yang ingin berprestasi. Ayo buatlah Mama Papa dirumah senyum dengan goresan tinta emas kita. Bisaaaa! Aaamiin :)




No comments:

Post a Comment