01 November 2013

NFEC 2013 (3)

Delegasi dan panitia NFEC 2013 berfoto di luar ruangan.

Assalamu’alaikum…

Seperti janji saya, saya akan melanjutkan tulisan saya tentang NFEC 2013. InsyaAllah, ini adalah seri terakhir dari tulisan saya tentang NFEC 2013 tersebut. Mengingat saya memang sangat sangat sangat mencintai kegiatan menulis, jadi tulisan sepanjang apapun akan saya jabani jika masih ada yang ingin dikeluarkan dari otak dan hati. Hehehehe.

Oh iya, silakan baca yang sebelumnya di NFEC 2013 (1) dan NFEC 2013 (2).

Hari ke-2 NFEC 2013 diawali dengan nikmatnya hidangan sarapan. Kami diberi makanan dan cemilan yang sangat enak setiap harinya, namun entah mengapa sarapan pagi di hari ke-2 menurut saya adalah yang ter-ajib. Mungkin karena saya sedang lapar stadium akhir. Mungkin. Tapi saya gengsi untuk menambah porsi. Silakan menertawakan saya. Silakan. :D

Langsung saja ya.


Sesi Paralel 3 (Sub Bidang Sains dan Teknologi)
Pemateri: Pak Abdullah Muzi Marpaung (Founder Sekolah Sains Ilma)
Topik: What Would (Youth) Educators Do?

Karena lalu lintas sedang bermasalah, pemateri tidak dapat datang tepat waktu. Kami mengisi waktu kosong kami dengan berdiskusi tentang pentingnya teknologi dalam dunia pendidikan dan dunia kerja serta berandai-andai tentang barang berbasis teknologi yang akan kami buat suatu saat nanti.

Saya pribadi ingin jika suatu saat nanti ada alat elektronik yang menghasilkan output berupa data atau tulisan yang cara input-nya melalui telepati atau saraf sensorik. Misalnya dengan kontak mata, getaran, dan lebih gila lagi yaitu dengan membaca pikiran. Kita tak perlu lelah mengetik SMS atau tulisan. Bayangkan saja apa yang ingin kita tulis. Dan…..voila! Tertulislah pada layar alat elektronik tersebut. Huahahaha.

Lanjut ke sesi pemateri yaaa.

  • Persoalan dalam pembelajaran sains dan teknologi; Indonesia masih rendah (berdasarkan indikator internasional), hanya baik dalam mengingat fakta-fakta (harusnya bisa memancing olah pikir), tidak menarik, membosankan, sulit, guru kurang kreatif, guru tidak memiliki dasar-dasar sains, tidak jelas esensi pentingnya.
  • Dulu di sekolah saya ada seorang guru kimia yang sangat tertebak ia akan melakukan apa. Maka dari itu, kami menyebutnya dengan “guru gerak lurus beraturan”. Tidak kreatif. Harusnya ia belajar untuk melakukan pendekatan yang asosiatif dengan para muridnya.
  • Fasilitas tak akan menghambat langkah-langkah orang kreatif. Mengapa? Karena bagi orang kreatif, semesta raya dan seisinya ini adalah fasilitas lengkap dari Tuhan.
  • Harusnya murid diperkenalkan tentang hal-hal fundamental atau mendasar tentang sains dan teknologi sejak awal. Sains adalah metode aktif untuk menyelidiki dan menjelaskan bagaimana semesta bekerja. Sedangkan teknologi adalah sesuatu yang diciptakan untuk solving problem dengan menggunakan sains itu sendiri di dalam penerapannya.
  • Richard P. F. mempelajari sains ketika Ayahnya sering mengajaknya berjalan-jalan ke hutan. Dengan itu, ia dapat memahami mengapa bentuk daun berbeda-beda. Bukan dengan hafalan-hafalan yang tidak jelas bagaimana pengimplementasiannya seperti di sekolah kita.
  • Pendidikan tidak boleh berbicara tentang keseragaman.
  • Guru itu terbagi menjadi dua; guru sebagai profesi dan guru sebagai panggilan hidup. Akan terlihat bedanya.
  • Dalam mempelajari sains dan teknologi, hands on (motorik/praktek langsung) dan mind on (pikiran) sangat penting.
  • Tidak penting materi yang banyak dalam sains dan teknologi. Yang penting fokus pada mengakses pengetahuan. Eksplorasi dari lingkungan terdekat. Mengobservasi lalu bertanya. Lalu aplikasikan pengetahuan tentang sains dan teknologi kepada sesuatu yang relevan di kehidupan sehari-hari agar bermanfaat untuk semua.


Kemudian kami sekalian diajak bermain sambil belajar oleh Pak Muzi. Kami membuat katapel, paper-copter (helicopter dari kertas), dan benda-benda lainnya yang lucu. Kami semua berdiri dengan girang memainkan semua benda itu. Tawa membahana di ruangan sub bidang sains dan teknologi. Wajah kami yang semula berstereotipe serius, saat itu menjelma bagaikan kanak-kanak yang tak punya beban kehidupan. Kami riang. Sangat sangat sangat riang. Andai saja guru sainstek kami seperti Pak Muzi. Hmm. Kemudian kami meminta waktu tambahan kepada panitia. Akhirnya diberikan hanya beberapa menit. Kami memanfaatkannya dengan baik. Subhanallah.

Kemudian Pak Muzi menyahut “Nah, apa yang perlu ada dalam diri ilmuwan sejati? Sifat kekanak-kanakkan yang selalu ingin tahu tentang apapun. Ya, seperti kalian semua ini.” Kami sangat terharu ketika Pak Muzi berpamitan. Kami tak ingin kehilangan sosok seperti beliau. Sungguh.

Saya semakin yakin bahwa Allah punya alasan mengapa saya ‘dicemplungkan’ ke kelas IPA padahal saya menyukai IPS. SAYA TIDAK PERNAH MENYESAL PERNAH MENDALAMI ILMU PENGETAHUAN ALAM DAN TEKNOLOGI. APAPUN ALASANNYA.


Sesi Pleno 3
Pemateri: Handry Satriago (CEO GE Global Operations)
Topik: Urban and Rural Skill Pathway for Better Future

Sebelumnya, kami bermain permainan memindahkan spidol ke belakang. Syaratnya tanpa interaksi apapun. Kemudian yang kedua kalinya menggunakan interaksi, strategi, dan lain sebagainya. Di situ terlihat perbedaan waktu yang sangat signifikan. Intinya, salah satu kunci kesuksesan yang paling penting adalah adanya kolaborasi.

  • Dahulu, dunia ini diibaratkan 193 kapal yang sedang berlayar di lautan lepas. Sekarang, dunia diibaratkan seperti 193 kabin pada satu kapan yang memancing bersamaan. Sikut-sikutan, kan? Ya, semuanya tergantung kapabilitas sumber daya manusia yang ada dalam masing-masing kabin tersebut. Dunia saling bertautan. Jika suatu negara (apalagi negara kiblat perekonomian) mengalami jatuh bangun, Negara manapun akan terkena dampaknya. Buku yang saya rekomendasikan untuk kalian baca yaitu "The Great Convergence" by Kishore Mahbubani.
  • Jumlah orang yang konsumtif semakin banyak. Hal ini menyebabkan semakin banyak orang yang memanfaatkan hal itu untuk mencari uang.
  • Saya pernah ke toko jam terbesar di Swiss. Di sana saya menemukan sesuatu yang unik. Jam pertama yang ditawarkan oleh mereka yaitu yang fiturnya paling lengkap. Di Negara seperti Swiss, kita tertuntut untuk sombong. Saya pun demikian. Saya menolak tawaran pertama. Kemudian pelayan itu menawarkan kepada saya tawaran keduanya yaitu berupa jam yang paling terkenal merknya. Saya pun masih menolak. Kemudian saya dibawa ke sebuah ruangan gelap. Di sana terdapat proyektor dan semacam peti berisikan sebuah jam dengan varian warna. Lalu pelayan itu melakukan presentasi tentang jam dalam peti tersebut. Jam itu langka, hanya dibuat beberapa di dunia. Ya, mereka menjual values dalam kelangkaan. Mereka berinovasi. Sayangnya, di Indonesia belum terlalu membudayakan yang seperti ini.
  • Negara yang dilalui garis khatulistiwa biasanya apa-apa mudah. Sumber daya alam tersedia secara melimpah ruah. Jadi berpikiran tidak terlalu jauh untuk bisa survive. Beda dengan bagian utara yang alamnya keras. Mereka berusaha untuk survive. Mereka memutar otak mereka sepanjang waktu.
  • Jadi, yang terpenting bagi para mahasiswa agar bisa bersaing di kancah dunia yaitu dengan kemampuan berkolaborasi yang baik, siap dengan keberagaman, memiliki inovasi dan atau kreasi.


Kemudian Pak Handry membacakan suratnya yang ia buat untuk para pemimpin bangsa kelak. Awalnya kami biasa saja. Namun lama kelamaan airmata terjun bebas di wajah kami. Selesai membaca surat inspiratif itu, kami standing applause. Silakan baca teksnya di Surat Untuk Pemimpin Masa Depan oleh Handry Satriago.

Atau saksikan video ini! Namun ini bukan pada saat NFEC 2013.





NFEC Café
Education to Employment: A Call to (Youth) Action

Pada sesi ini, kami dibagi ke dalam beberapa kelompok. Kami mencanangkan social project sesuai bidang kami masing-masing yang berkaitan dengan pendidikan. Kemudian bersumpah untuk melaksanakannya entah cepat atau lambat. Komitmen kami ditandai dengan cap jempol kami pada kanvas yang bergambar pohon tanpa daun. Cap jempol kamilah yang nantinya akan menjadi daunnya.

Pohon Aksi

Acara pun selesai dengan meriah sekaligus haru. Para delegasi dan panitia berfoto bersama dengan semangatnya. Lalu kami dibagikan sertifikat.

Kami yang dipertemukan Allah melalui NFEC 2013 ini saling berpelukan. Bagaimana tidak? Kami berasal dari daerah yang berbeda-beda yang kemungkinan besar tak akan bertemu lagi secara intensif. Tapi kami bertukaran kontak agar bisa tetap berhubungan meskipun jauh.

Allah Maha Baik. Allah Maha Baik. Allah Maha Baik. Saya diberi kesempatan emas untuk mengikuti acara bermanfaat seperti ini.

Untuk itu, saya berkomitmen pada diri saya sendiri untuk membagikan apa yang saya dapat dari NFEC 2013 melalui tulisan di blog ini.

Saya pulang ke rumah Nenek saya pada sore hari. Kemudian pulang ke Bekasi pada malam hari. Saya dijemput oleh lelaki yang sebelumnya mengantar saya berangkat ke Jakarta. Ada insiden menyasar segala. :p

Sesampainya di rumah, saya disambut dengan manis dan disediakan minuman hangat oleh Mama, Papa, dan Raihan.

Kurang bahagia apa lagi saya? Alhamdulillah.

Foto-foto NFEC 2013 yang lain dapat dilihat di Day 1 dan Day 2 ya.

Beberapa liputan dari media massa tentang NFEC 2013 juga ada, lho:


Info lebih lengkap silakan follow @Youth_ESN di Twitter atau klik tombol "suka" di Youth ESN Facebook.


Pesan saya mewakili seluruh delegasi, panitia, pembicara, dan seluruh pihak yang terlibat NFEC 2013 kepada kalian adalah: JANGAN PERNAH BERHENTI BELAJAR! JANGAN PERNAH REMEHKAN PENDIDIKAN! JANGAN PERNAH MENYIMPAN ILMU UNTUK DIRI SENDIRI! JANGAN PERNAH! JANGAN PERNAH! 

Salam muda, mendidik, membangun bangsa!

Kesempurnaan hanya milik Allah. Saya mohon maaf jika ada kesalahan dalam rentetan aksara saya. :)

Semoga tulisan ini bermanfaat untuk kita semuanya. Aamiin.

Terima kasih untuk semua pihak yang terlibat dalam NFEC 2013 beserta kalian yang membaca postingan-postinganku ini. Kalian luar biasa. :D

Wassalamu’alaikum…


No comments:

Post a Comment