27 July 2016

Ssst! Ini Rahasia Wujudkan Keinginan ala “The Secret”!

(Source: tumblr.com)


Halo! Assalamu’alaikum! ^^

Tak terasa, sudah hampir sebulan saya melalui masa liburan. Saya tak menargetkan banyak hal pada liburan saya kali ini. Travelling? Kerja sambilan? Sebentar saja, ah. Hanya berkumpul tiap hari dengan keluarga di rumah pun rasanya sudah lebih dari cukup. Mungkin ini pula hal yang akan disyukuri dengan sangat oleh para anak rantau lainnya. Alhamdulillah.

Well, selama tiga minggu lebih ini, saya tenggelam di lautan aksara yang diciptakan oleh Vladimir Nabokov dan Jane Austen dalam novel klasiknya. Siapa yang tak teraduk-aduk emosinya saat disajikan kisah asmara terlarang antara profesor paruh baya dengan seorang gadis belia bernama Dolores Haze yang biasa dipanggil Lolita? Sejak bab pertama, Nabokov berhasil membuat saya terperangah dengan kemampuannya mengemas plot "ehem" dengan kalimat puitis yang sangat indah. Hal itu menampikkan kesan “jorok” yang biasa kita jumpai di film-film horror buatan Indonesia. Indah. Sangat indah. Jauh dari citra menjijikkan. Yhaaa meski buku ini juga sempat dilarang beredar di sejumlah negara karena kontroversinya, sih.

Kemudian Jane Austen juga tak kalah hebat untuk membuat saya berdecak kagum dengan penggambaran Fanny Price, Edmund Bertram, Henry Crawford, dan tokoh lain yang sangat detail dan hidup. Ketika membacanya, semua tokoh yang diceritakan Austen seperti sedang memainkan lakonnya tepat di hadapan saya. Tiap percakapan yang mereka jalin pun bak terdengar di telinga saya secara nyata. Saya seperti benar-benar berada di Inggris pada abad ke-17 sampai 18-an. Dan lagi, saya menyukai cara Austen dalam menggambarkan tokoh yang sedang jatuh cinta. Begitu mendalam dan manis. Rasanya getaran itu menular juga terhadap saya. Tak heran mengapa Jane Austen dianggap sebagai salah satu penulis yang sangat cakap dalam memaparkan watak-watak manusia.

Ah, novel-novel klasik memang tak pernah gagal membuat saya terhibur! Itu pula alasan mengapa novel klasik adalah buruan pertama saya saat saya menyempatkan diri untuk pergi ke toko buku. Rak lainnya yang biasa saya hampiri ialah rak ekosospolhukhum (karena tuntutan perkuliahan), peralatan sekolah (karena saya suka melihat benda-benda lucu), dan rak psikologi (karena saya memang gemar mempelajari psikologi). Nah, tulisan ini sebenarnya baru hendak dimulai di sini; di mana saya acapkali berlalu-lalang di rak buku psikologi.


~~~

Saat saya berputar-putar di rak buku psikologi, saya melihat satu buku yang terpampang di bagian depan rak. Buku itu berukuran kecil dengan hard cover dan bertuliskan “Best-seller”. Saya iseng untuk melihat harganya dan… Wow! Tidak terlalu ramah bagi dompet saya. Maka saya kembalikan buku itu ke posisi semula dan berjalan-jalan lagi.

Anehnya, buku itu tetap di sana saat saya melakukan kunjungan yang kesekian kalinya ke toko buku tersebut. Saya pun membatin, “Apa yang menarik dari buku semacam itu?” Saya penasaran, namun tidak dalam level “kepo binggo”. Sejak saat itu, saya selalu memasang tampang acuh tak acuh saat melewati buku itu. Dan pilihan saya tetap jelas; saya lebih memilih novel klasik yang pesannya tersirat di dalam balutan karya sastra nan estetis daripada buku motivasi yang kadang kutipannya dapat dengan mudah saya temukan di internet.

Pada hari ini, tepatnya tanggal 27 Juli 2016, saya melakukan blogwalking. Pagi tadi rasanya saya hendak membaca sesuatu. Saya belum membeli buku baru lagi. Maka saya salurkan hasrat saya itu dengan berselancar di Google dan mengunjungi beberapa halaman yang menurut saya menarik. Entah bagaimana, saya menemukan sebuah blog yang berisikan link-link untuk mengunduh e-book. Wah, saya pun tidak bisa melewatkan kesempatan itu, dong! Maka saya mengubrak-abrik blog tersebut dengan mengunduh beberapa e-book yang menurut saya layak dibaca. Salah satu e-book yang saya unduh adalah buku yang biasa saya lihat di rak psikologi dengan tatapan acuh tak acuh di sebuah toko buku itu. Yap, judul bukunya adalah “The Secret”!

~~~

Setelah saya selesai membaca buku elektronik karya Rhonda Byrne yang pertama kali diterbitkan pada tahun 2006 ini, saya langsung mencari review-nya di internet. Wah, sudah banyak sekali yang me-review buku ini. Terang saja, buku ini sudah terbit lama dan menjadi best-seller, kok. Sayanya saja yang telat membacanya. Agak merasa telah menelan ludah sendiri juga, sih, karena pada awalnya saya tidak tertarik dengan buku ini. Ah, biarlah. Sudah terlanjur terbaca. (?) Hehehe.

Dari sekian banyak review tentang “The Secret” yang saya baca, ada satu review yang membuat saya terkekeh. Review tersebut sangat menggelitik di perut saya. Bagaimana tidak? Review yang terkesan lebih seperti kritikan itu memasang tema tentang buku “The Secret” yang menyesatkan dalam sudut pandang agama. Katanya, konten dalam “The Secret” lebih seperti meniadakan Tuhan lantaran segalanya ditentukan oleh diri manusia sendiri. Logika saya dalam menanggapi kritik tersebut, sih, simpel saja. Jika memang buku tersebut meniadakan Tuhan, untuk apa di dalamnya terdapat kutipan yang bersumber dari bibel? Untuk apa dalam kalimatnya masih dapat ditemui kata “iman” dan bahkan kata “Tuhan” itu sendiri?

Namun setelah saya baca komentar-komentar dalam review tersebut, saya dapat berkesimpulan bahwa si penulis review berniat baik. Niatnya adalah agar generasi muda yang membacanya tak serta-merta menelan tiap kalimat secara utuh. Pembaca harus benar-benar paham bahwa terkadang dalam sebuah buku, sesuatu disampaikan tidak seperti bagaimana adanya. Terdapat banyak sekali permainan kata di sana. Tak heran jika banyak di antara kita yang menyimpulkan bacaan dengan kurang tepat. Maka review tersebut muncul sebagai wanti-wanti agar kita semua dapat menjadi pembaca yang budiman.

After all, saya menghargai kebebasan berpendapat. Saya tidak bilang bahwa review tersebut buruk atau bagaimana. Tiap kalimat pada review tersebut terjejer rapi, kok, seakan penulisnya memang sudah terbiasa menulis. Hanya saja, menurut saya, kurang masuk akal. Entah kalau menurut yang lain. Sekali lagi, mari kita rayakan kebebasan berpendapat ini dengan damaiii! ^^

~~~

Nah, kali ini saya tidak ingin membuat review tentang buku “The Secret”. Karena nanti saya terkena karma akibat telah mengkritik review orang. Hahaha. Saya hanya merangkum beberapa poin unik yang mungkin penting untuk saya sampaikan di sini, khususnya untuk diri saya sendiri. Poin-poin unik ini tidak 100% saya catut dari buku, melainkan terdapat tambahan pendapat dari saya yang awam ini. Beginilah sekiranya……

Pikiran Manusia Ibarat Frekuensi Saluran Televisi

Manusia itu seperti menara suar. Manusia dapat memancarkan frekuensi-frekuensi tertentu. Frekuensi yang terpancar kemudian akan menampilkan gambar pada layar televisi. Frekuensi-frekuensi yang disebutkan berasal dari pikiran manusia. Jika pikiran manusia baik, maka gambar pada kehidupan nyatanya pun akan baik. Begitu juga sebaliknya.

Hal tersebut berkaitan dengan hukum fisika kuantum, yaitu hukum tarik-menarik (law of attraction). Diri kita ibarat magnet yang akan menarik segala hal di sekeliling kita. Hal yang tertarik oleh kita adalah segala hal yang kita pikirkan. Sadar atau tidak sadar, hukum ini selalu berlaku dalam kehidupan kita. Tanpa terkecuali, tanpa tombol pause. Intinya adalah, pikiran kita akan menjadi sesuatu. Maka, pikirkanlah hal baik!

Perasaan adalah Cerminan Pikiran

Kadang manusia mengeluhkan bahwa ia tak tahu persis apa yang sedang ia pikirkan. Untuk mengetahui apa yang sedang kita pikirkan, cobalah untuk memperhatikan bagaimana perasaan kita pada saat itu. Jika kita merasa baik, maka dapat dipastikan saat itu kita sedang berpikiran positif. Sebaliknya pun demikian, jika kita merasa tidak enak, maka saat itu kita sedang memikirkan hal negatif. Perasaan yang paling kuat pancaran positifnya menurut kebanyakan peneliti adalah perasaan cinta. Cinta hadir sebagai himpunan pikiran-pikiran positif manusia terhadap sesuatu.

Pikiran dapat menentukan frekuensi, dan perasaan memberitahukan kepada kita pada frekuensi manakah kita sedang berada. Solusi agar kita selalu berada di frekuensi yang baik adalah dengan membuat daftar pemindah perasaan. Maksudnya adalah kita harus dapat mengingat banyak hal yang bisa membuat kita memiliki perasaan yang baik, misalnya makan es krim, jalan-jalan bersama adik, dan lain sebagainya. Dengan melakukan hal yang dapat memindahkan perasaan buruk ke arah perasaan baik, maka nantinya pikiran pun akan berubah menjadi baik pula.

Meminta, Percaya, dan Menerima

Poin ini mungkin merupakan poin yang paling banyak dibahas di internet tentang buku ini. Sebab poin ini memang merupakan langkah agar mendapat kemudahan dalam hidup menurur versi “The Secret’. Pertama, untuk mendapatkan keinginannya, manusia harus meminta. Kita harus membiarkan semesta mengetahui tentang apa yang kita inginkan. Lebih baik lagi jika kita membuat daftar keinginan dan menuliskannya dengan sangat jelas. Meminta dapat juga dikaitkan dengan berdoa.

Kedua, manusia harus percaya jika hendak mendapatkan keinginannya. Percayalah bahwa sesuatu yang kita inginkan sudah menjadi milik kita sejak kita mulai memintanya. Sesuatu tersebut sudah menjadi nyata di alam realitas tak kasatmata. Menurut buku ini, hanya orang-orang dengan keimanan yang tak pernah padam yang dapat percaya bahwa yang diinginkannya sudah menjadi miliknya.

Ketiga, manusia harus menerima. Menerima berarti memiliki perasaan bahagia. Tidak perlu khawatir bagaimana, kapan, dan di mana. Kita hanya perlu merasa bahagia dan keinginan pun akan terwujud. Intinya adalah apa saja yang kita minta dalam doa dengan penuh kepercayaan dan perasaan bahagia, pasti akan kita terima.

Tindakan yang Terilhami oleh Naluri

Tentu saja, dalam mendapatkan keinginan, manusia tidak bisa hanya diam. Manusia harus menyelaraskan harmoni gerakannya dengan gerakan semesta. Manusia harus melakukan tindakan. Tindakan dapat dikaitkan dengan aktivitas bekerja. Namun ada yang membedakan dari tindakan yang terilhami dengan tindakan yang biasa-biasa saja. Ketika manusia melakukan tindakan yang terilhami, manusia tersebut justru merasa sedang tidak bekerja. Lain halnya dengan manusia yang melakukan tindakan yang tak terilhami. Manusia tersebut pasti merasa sedang bekerja.

Tindakan terilhami oleh naluri, intuisi, dan biasa pula disebut dengan suara hati. Naluri merupakan bentuk komunikasi dari semesta kepada manusia, maka ikutilah karena naluri akan membimbing kita. Itulah mengapa orang yang melakukan tindakan terilhami tidak merasa sedang berjuang mati-matian; karena mereka mendengar nalurinya yang harmonis dengan semesta. Bisa dibilang pula bahwa manusia yang akan mendapatkan keinginannya adalah mereka yang melakukan sesuatu yang mereka suka karena mendengarkan kata hati.

Visualisasi yang Harus Dibiasakan

Demi memperjelas keinginan agar lebih mudah diwujudkan, menulis daftar keinginan tidak cukup. Para psikolog menyarankan agar kita membiasakan diri untuk memvisualisasikan keinginan kita di otak. Maksudnya adalah kita harus memiliki gambaran yang benar-benar detail tentang keinginan kita. Namun biasanya, gambaran tersebut sangat mudah dilupakan jika gambaran itu statis atau tidak bergerak.

Untuk itu, sebaiknya kita membayangkan keinginan kita dengan dinamis. Misalnya ingin memiliki mobil Fortuner, maka kita harus membayangkan kita menduduki kursinya, mengendarainya, dan lain-lain secara detail dan dinamis agar tidak mudah lupa. Agar lebih memudahkan untuk mengingatnya lagi, kita juga dapat membuat Papan Visi, yaitu berupa papan yang ditempelkan segala keinginan kita. Papan ini bisa diletakkan di mana saja, khususnya di sudut yang sering kita lewati agar keinginan kita selalu terekam dalam memori dan dapat terwujud karena bantuan pikiran positif.

Kaya Raya Itu Tidak Bertentangan dengan Ajaran Agama

Poin ini sangat sensitif, ya? Namun jujur saja, saya sependapat. Saya jadi teringat ceramah dosen saya. Beliau bertanya, mengapa umat Islam di dunia sangat mudah “dipanas-panasi”? Kemudian beliau menjawab, karena mayoritas umat Islam di dunia masih hanyut dalam kemiskinan dan kebodohan. Padahal dalam ilmu stratejik, kekayaan dan kecerdasan merupakan kekuatan untuk mengubah dunia ke arah yang lebih baik. Menurut dosen saya, anggapan bahwa kita harus berorientasi pada akhirat saja merupakan suatu hal yang salah. Katanya, Allah menganjurkan umat Islam untuk seimbang antara urusan dunia dan akhirat.

Jika seseorang terlalu berorientasi pada akhirat, kebanyakan ia akan lupa pada hubungannya dengan sesama manusia, melainkan hanya fokus pada hubungannya dengan Allah. Padahal esensi dari beribadah kepada Allah adalah untuk kehidupan sosial. Itulah mengapa salat berjamaah lebih besar pahalanya daripada salat sendirian. Lagipula, jika Allah hanya ingin kita berorientasi pada akhirat saja, mengapa harus ada doa “Ya Rabb kami, berikanlah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat”? Kenapa bukan “di akhirat” saja? Wallahua’lam.

Duh, pembahasan jadi agak melebar seperti badan saya setelah Idul Fitri. (?) Intinya, dalam buku “The Secret” dipaparkan bahwa menjadi kaya tidak berarti melanggar ajaran agama. Banyak tokoh pemuka agama yang kaya raya, misalnya saja Nabi Muhammad SAW yang terkenal sebagai pengusaha sukses. Intinya, ingin menjadi kaya bukan berarti kita seseorang yang tidak spiritual. Kita bisa tetap dekat dengan Tuhan, kok, meski kita ingin kaya. Malah nilai kebermanfaatan kita berpotensi untuk menjadi lebih besar dengan kekayaan kita.

Ingatlah Selalu Efek Plasebo!

Kamu tahu apa itu Plasebo? Plasebo adalah obat yang sebenarnya tidak akan menghasilkan dampak apa-apa jika kita menilik pada aspek komposisinya. Toh, Plasebo biasanya hanya berisikan laktosa. Namun dokter seringkali memberikan Plasebo kepada pasiennya dan mengatakan bahwa obat itu efektif untuk menyembuhkan. Pasien yang percaya dengan omongan dokter tersebut ternyata akan benar-benar sembuh! Dengan demikian diketahui bahwa pikiran manusia ialah faktor penentu kesembuhan. Ada banyak sekali jenis penyakit di dunia ini. Namun tahukah kamu bahwa semua penyakit itu disebabkan oleh satu hal yang sama: stress!

Efek Plasebo tidak hanya dapat dikaitkan dengan urusan kesehatan. Dalam banyak aspek kehidupan, efek Plasebo telah menunjukkan keberadaannya. Hal yang perlu diingat adalah pikiran kita ternyata begitu kuat untuk menentukan banyak hal yang terjadi di hidup kita. Mungkin benar bahwasanya “kamu adalah apa yang kamu pikirkan”. Maka tertawalah! Berbahagialah! Pikirkan dan rasakan hal yang positif! Dan apapun yang kamu inginkan akan segera terwujud.

~~~

Mungkin itulah beberapa poin unik yang dapat saya sadur dari buku “The Secret”. Intinya, mah, kita yang sekarang adalah bentuk dari pikiran kita di masa lalu. Atau dengan kata lain, pikiran kita mempengaruhi perwujudan keinginan kita.

Semoga ada sesuatu yang bisa diperoleh dari tulisan seorang perempuan yang punya banyak waktu luang ini, ya. Hehe. Postingan ini akan saya akhiri dengan istighfar sebanyak-banyaknya. Semoga Allah mengampuni saya dan kamu sekalian. Wassalamu’alaikum. ^^

2 comments: