Izinkan saya terlebih dahulu meng-update tentang kesibukan saya belakangan ini yang menyebabkan blog ini menjadi tidak terawat.
Ternyata mengurus pernikahan dari A sampai Z sendiri (berdua dengan pasangan, deng) rasanya seperti ini. Lelah, tapi karena lillah, jadi puas. Komitmen kami untuk mengikuti seluruh proses tanpa campur tangan pihak yang menawarkan kemudahan (seperti calo, misalnya) justru membuat kami merasa makin terikat satu sama lain.
Saya dan pasangan sama-sama suka belajar, jadi kami menganggap semua langkah menuju pernikahan ini bukanlah sesuatu yang sia-sia atau menghabiskan waktu. Justru kami jadikan pengalaman berharga yang kelak mungkin bisa dikenang berdua saat pillow talk atau sekadar dibagikan kepada anak-cucu saat sedang minum teh bersama.
Saya dan pasangan sama-sama suka belajar, jadi kami menganggap semua langkah menuju pernikahan ini bukanlah sesuatu yang sia-sia atau menghabiskan waktu. Justru kami jadikan pengalaman berharga yang kelak mungkin bisa dikenang berdua saat pillow talk atau sekadar dibagikan kepada anak-cucu saat sedang minum teh bersama.
Mungkin jika ada kesempatan lain, saya akan bercerita lebih lengkap mengenai proses persiapan pernikahan kami. Karena dalam menjalani semua ini, saya pribadipun merasa sangat terbantu dengan postingan blogger-blogger lain tentang persiapan pernikahan mereka. Saya harap cerita saya nanti bisa memberikan gambaran pula tentang persiapan pernikahan sebagaimana cerita blogger-blogger lain yang berdampak pada saya.
Namun kali ini, saya ingin membagikan rekapan saya tentang suatu materi yang mungkin tabu bagi saya beberapa tahun lalu, namun baru saya sadari pentingnya saat saya hendak menjadi istri sekarang-sekarang ini. Yap, mengenai ASI (Air Susu Ibu)!
Wah, menikah saja belum, pembahasan langsung loncat ke ASI. Hehe tidak mengapa, kok. Percayalah bahwa ilmu pengetahuan itu akan menyelamatkan kita. Ayah saya pernah bilang, “Selama seseorang punya ilmu dan kemampuan, dijamin hidupnya tidak akan kelaparan (kesusahan).” Jadi mudah-mudahan ilmu tentang ASI yang akan saya tuliskan dapat memudahkan saya sendiri dan teman-teman (jika ada yang baca haha).
Pada awal Agustus 2019 lalu, saya berkesempatan untuk menonton Instagram Live Story @bukaan.moment. Aaah, saya suka sekali dengan akun tersebut! Meski pada intinya akun tersebut adalah akun komersial, yaitu akun yang menyediakan jasa fotografi dan videografi untuk ibu hamil, melahirkan, dan pasca melahirkan, namun pengemasan konten yang mampu menyentuh sisi emosional adalah nilai plus yang tidak semua akun komersial bisa melakukannya.
Selain itu, akun @bukaan.moment juga kerap melangsungkan siaran di Instagram Story-nya dengan mengusung tema-tema yang menarik. Salah satunya yaitu “Persiapan Menyusui dari Masa Hamil” yang alhamdulillah saya tonton. Narasumbernya adalah Mba Puput selaku founder dari @bukaan.moment itu sendiri dan Mba Ochan yang merupakan bidan serta konselor menyusui. Berikut adalah rangkumannya!
Mengapa Ilmu tentang ASI Harus Dipelajari Bahkan Sebelum Menjadi Busui (Ibu Menyusui)?
Karena proses menyusui adalah sesuatu yang sakral baik bagi ibu maupun sang buah hati. Banyak pasangan yang terlalu sibuk mempersiapkan kelahiran bayinya karena akan menjadi momen yang menguras banyak hal, namun mengabaikan pentingnya mempersiapkan bekal untuk masa-masa menyusui. Padahal menyusui itu dua tahun, sedangkan melahirkan hanya sehari dan sakitnya tidak sampai bertahun-tahun.
Jika Proses Menyusui Penting, Memangnya Apa Manfaat dari Menyusui?
Manfaat menyusui di antaranya, yaitu:
Manfaat menyusui di antaranya, yaitu:
- Menghasilkan sel-sel antibodi yang berguna bagi sistem kekebalan ibu dan anak
- Membantu ibu dalam kontraksi rahim atau mempercepat rahim agar bentuknya kembali seperti semula pasca melahirkan
- Sebagai KB (Keluarga Berencana) alami karena hormon-hormon ibu yang menyusui secara eksklusif dapat menekan ovulasi
- Membantu ibu untuk diet karena menyusui mengeluarkan banyak kalori
- Menciptakan bonding yang kuat antara ibu dan anak sehingga anak bisa cerdas secara emosional
- Memberikan gizi yang baik pada anak sehingga anak dapat tumbuh sehat dan cerdas secara intelektual
- Menghemat biaya, waktu, dan lain sebagainya jika dibandingkan dengan konsumsi susu formula
Lalu Bagaimana Langkah Awal Mempersiapkan Masa-Masa Menyusui?
- Dimulai dari mencari rumah sakit atau bidan yang pro IMD (Inisiasi Menyusui Dini) dan Pro ASI Eksklusif sejak masa kehamilan.
- IMD diawali dengan menempelkan bayi di atas dada ibu (mendekapnya) tanpa terhalang oleh pakaian (skin to skin contact) guna mendengarkan detak jantung ibu dan mendapatkan bakteri baik selama 30 sampai 60 menit.
- Ketika bayi baru lahir, ia mengalami fase perpindahan dari gelap (dalam rahim ibu) ke terang (dunia). Sehingga perlu didekap di payudara ibu yang dapat memberikan perasaan hangat dan agak gelap.
- Bagaimana jika anak lahir prematur dan harus dipindahkan ke dalam inkubator terlebih dahulu.
- Bagaimana pula jika ibu melahirkan secara bedah sesar yang mengharuskan penjahitan terlebih dahulu sebelum kontak dengan bayi? IMD juga bisa dilakukan dengan ayah, lho. Namun jika nanti bayi sudah bisa dikeluarkan dari inkubator atau ibu sudah pulih dari penjahitannya, IMD harus tetap dilakukan kembali dengan ibu.
Nah, sekarang kita masuk pada bagian yang menurut saya paling seru karena membahas mitos-mitos yang diwariskan oleh generasi sebelumnya tentang ASI. Namun pembahasan ini tidak dimaksudkan untuk menentang penuh nasihat-nasihat orangtua atau orang yang lebih berpengalaman daripada kita. Pahami dengan rendah hati bahwa akses informasi pada zaman dahulu belum semudah sekarang. Mungkin dengan informasi ini, kita bisa mengedukasi anggota keluarga kita yang masih percaya mitos tanpa harus menggurui.
Ibu dengan Bentuk Puting Rata (Tidak Menonjol) Tidak Dapat Menyusui?
SALAH. Bentuk payudara tiap perempuan berbeda-beda, begitu pula dengan bentuk putingnya. Yang harus digarisbawahi adalah, selama perempuan punya areola (daerah gelap di sekitar puting payudara) maka perempuan itu bisa menyusui.
Puting Ibu Lecet adalah Pertanda Bahwa Bayi Harus Berhenti Menyusu?
SALAH. Lecet pada puting payudara disebabkan oleh perlekatan yang kurang tepat antara mulut bayi dengan areola. Solusinya adalah dengan memperbaiki perlekatan dan mengoleskan puting yang lecet terrsebut dengan VCO (Virgin Coconut Oil).
Payudara Bengkak dan ASI Keluar Sedikit Menandakan Bahwa Proses Menyusui Harus Dihentikan?
SALAH. Payudara bengkak diakibatkan oleh ASI yang tidak dikeluarkan secara rutin. Jika ASI tidak dikeluarkan secara rutin, maka ASI akan menggumpal di dalam payudara dan zat inhibitor akan mengirim respons pada tubuh ibu untuk tidak lagi memproduksi ASI. Solusinya adalah dengan relaktasi ulang dengan bayi dan tidak mengulangi kesalahan dengan menyimpan ASI terlalu lama.
Ibu yang Belum Mengeluarkan ASI Pada Saat Hamil, Maka Tidak Akan Bisa Menyusui?
SALAH. Kembali lagi ke pernyataan selama ibu memiliki areola pada payudara, maka pasti bisa menyusui. Lagipula tidak semua fase laktogenesis dapat mengeluarkan ASI saat kehamilan. Justru yang lebih sering terjadi adalah ASI keluar sesaat setelah melahirkan.
Ibu Hamil yang Mulai Mengeluarkan ASI Harus Melakukan Pijat Payudara?
SALAH. Justru memijat payudara saat proses laktogenesis pada kehamilan tidak disarankan. Ibu hanya diperbolehkan minum obat pereda nyeri, seperti paracetamol.
Jika Bayi Tidak Mendekat Saat Ibu Menyondongkan Payudara, Itu Artinya Bayi Tidak Mau atau Tidak Doyan ASI Ibu?
SALAH. Pada dasarnya, semua bayi diciptakan untuk mau menyusui. Jika ada bayi yang terkesan tidak mau menyusui, itu terjadi karena refleks pada bayi belum terlatih. Solusinya adalah melatih refleks bayi agar mau melekatkan mulutnya pada areola.
Bagaimana ASI Bisa Keluar dengan Lebih Banyak dan Lancar?
- Pertama, peran ayah sangat dibutuhkan di sini. 90% ASI bisa lancar keluar kalau ibu dalam kondisi bahagia. Untuk itu, ayah berperan untuk menjaga hormon oksitosin ibu agar selalu tinggi. Dengan kata lain, ayah harus membuat ibu selalu bahagiaaa! Karena hormon oksitosin yang tinggi dapat memperbanyak ASI.
- Kedua, jika ibu tidak yakin mampu mengeluarkan ASI dengan rutin secara alami, ibu dapat melakukan pumping agar payudara tidak membengkak dan berhenti memproduksi ASI. Selain itu, hal ini juga bermanfaat agar bayi tidak mudah tersedak ASI.
- Ketiga, bisa mengonsumsi ASI Booster. Namun ini tidak terlalu menjadi pertimbangan utama.
Bagaimana Menghadapi Mom-Shaming (Perilaku Mempermalukan Ibu Lainnya, Seakan Dirinya Lebih Baik) dalam Hal ASI?
- Ketika kita tidak bisa membungkan mulut banyak orang, tutuplah telinga kita.
- Peran ayah ditentukan lagi di sini. Ayah harus menjadi benteng agar ibu tidak menerima masukan yang buruk dari siapa pun itu, bahkan dari keluarga sendiri. Salah satu caranya yaitu dengan membatasi orang yang diperbolehkan menjenguk ibu sesaat setelah melahirkan.
- Seluruh keluarga harus diberikan edukasi agar tidak lagi mempercayai mitos yang simpang siur.
Selesaaai! Itulah rangkuman saya terkait ASI yang disiarkan oleh akun Instagram @bukaan.moment. Semoga bermanfaat bagi semuanya, terutama bagi diri saya sendiri.
Akhir-akhir ini ketika saya sedang berdiri di depan cermin besar, saya bergumam di dalam hati. “Ya Allah, saya masih belum menyangka bahwa sebentar lagi jasad saya ini akan melangsungkan fase reproduksi.”
Di tengah lamunan saya yang masih dipenuhi kecanggungan, saya tertampar oleh kalimat yang pernah saya dengar: “Tubuh perempuan sudah diciptakan oleh Allah dengan sebaik-baiknya agar siap hamil, melahirkan, menyusui, dan fase hebat lainnya.” Maka saya pun tersenyum dan berkata, “Saya pasti bisa. Allah, bimbing saya.”
Wassalamu’alaikum.
No comments:
Post a Comment