Seminar "UAS? Siapa Takut!" oleh LDK KOMDA FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. |
Assalamu’alaikum…
Pekan ini, kami,
mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta telah memasuki
masa-masa pra-UAS. Bahkan beberapa mata kuliah ada yang sudah di-UAS-kan.
Majunya jadwal UAS untuk beberapa mata kuliah tersebut menyebabkan jam kuliah
kami menjadi longgar. Toh, materi perkuliahan beberapa mata kuliah sudah
selesai. Saya sangat bersyukur akan hal ini sebab beberapa waktu lalu saya
terserang penyakit dan salah satu faktor pendukungnya adalah kelelahan saya.
Karena jujur saja, tidak mudah untuk menjadi seorang mahasiswa jurusan Ilmu
Hubungan Internasional. Hubungan antarnegara saja kami urus, apalagi hubungan
antara aku dan kamu. #eaaa :D Dengan banyaknya mata kuliah yang sudah tuntas,
saya jadi memiliki banyak waktu untuk istirahat. Saya yakin bahwa bukan saya
saja yang merasa sedikit lebih lega.
Namun nampaknya saya
tidak betah jika hanya berdiam diri di kamar kost tercinta. Alhamdulillah-nya,
saya tergabung dalam grup Lembaga Dakwah Kampus di Whatsapp, dan rekan-rekan
saya dalam grup tersebut seringkali membagikan informasi, baik itu acara atau
tulisan motivasi. Setiap hari saya membuka percakapan dalam grup tersebut, saya
seperti terlahir kembali. I’m feeling so boosted! Suatu ketika saya membuka
grup itu, kemudian saya menemukan informasi acara seminar yang hendak
diselenggarakan oleh Lembaga Dakwah Kampus Komisariat Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan. Saya tertarik untuk hadir karena saya jenuh dengan acara-acara seminar
di fakultas saya sendiri yang kebanyakan membahas isu tentang politik. Dengan
kata lain, saya ingin menyicipi makanan lain selain yang saya makan setiap
hari, tapi bukan berarti saya tidak mau makan nasi lagi.
Setelah saya cocokkan
dengan jadwal saya, ternyata saya berpeluang untuk menghadirinya. Maka pada
hari Selasa, tanggal 16 Desember 2014, saya sudah berniat untuk menghadiri
acara di FITK tersebut. Saya mengajak teman-teman terdekat saya di kelas, yaitu
Devina, Khirana, dan Zahra. Kami biasa disebut Geng Bawa Bekal, Geng Netral,
Geng Wanita Dewasa, dan lain sebagainya oleh teman-teman sekelas. Khirana tidak
bisa mengikutinya karena ia punya kesibukan lain, sedangkan Devina dan Zahra
memiliki kemungkinan untuk datang. Kami pun janjian untuk berangkat bersama.
Namun pada siang harinya, ketika acara hendak dimulai, Devina dan Zahra tidak
memberikan kabar kepada saya. Ternyata mereka ketiduran!
Maka saya memutuskan
untuk berangkat sendirian saja. Santai saja. Saya sudah terbiasa sendiri dalam
hal apa pun. Lagipula siang itu saya tidak sendirian-sendirian amat. Saya
dikawal oleh awan hitam yang berbaris memanjang di atas saya. Ya, siang itu
mendung. Sangat mendung. Namun saya tetap semangat untuk menjemput ilmu di
kampus seberang. Lagu-lagu JKT48 yang saya dengarkan melalui earphone pun
membuat langkah saya semakin lincah dan senyum saya seolah merekah-rekah. FYI,
saya bukan WOTA.
Sesampainya di FITK,
saya yang merupakan pendatang sok-sokan mengenal rute kampus fakultas
tersebut. Namun akhirnya saya menemukan ruangan teater lantai tiga. Wow!
Antrian sudah panjang. Saya pun lekas mengantri. Dari tempat saya mengantri,
radar saya menangkap bau-bau sedap. Ah, bau donat! I was born to be
sweet-toothed person as well and that was such a… Come to Momma, doughnuts!
Come to Momma! Duh, luruskan niat, Put! Luruskan niat! Haha. Saya jadi teringat
perkataan kakak angkatan saya, “Sebagai anak kost, kita harus pintar-pintar
cari yang gratisan. Salah satu caranya yaitu dengan mengikuti seminar.” Saya
pun memahami makna perkataan itu dengan sebaik-baiknya saat donat montok itu berada
di atas telapak tangan saya.
Saya memasuki ruang
teater dan dengan narsisnya duduk di kursi paling depan. Saya punya prinsip,
“Saya ingin menjadi peserta yang terdepan agar lebih dekat dengan pembicara dan
di kemudian hari dapat sejajar dengan para pembicara.” You know what I mean.
Yes, you do. Lagipula saya mudah sekali untuk mengantuk jika duduk di belakang.
Entahlah, Mungkin di belakang setannya lebih banyak. Sebelum acara dimulai,
saya menyempatkan diri untuk membaca buku yang saya pinjam dari perpustakaan.
Karena saya orangnya iseng, buku tersebut sempat saya foto. Hehe.
Setelah serangkaian
pembukaan, akhirnya kami tiba juga di sesi utama. Seminar motivasi yang
bertajuk “UAS? Siapa Takut!” itu diisi oleh Kak Mokhamad Kusnan, pengusaha dan
pendiri Youthcare Indonesia. Youthcare itu apa? Silakan saja telusuri sendiri
di situsnya: youthcareinternational.com
Awalnya saya mengira
seminar ini akan berisi materi tentang tips-tips agar UAS berjalan dengan
lancar. Namun Kak Kusnan bertitah bahwa ia tidak ingin memberikan materi-materi
semacam itu. Ia tak mau disebut motivator, ia lebih ingin disebut sebagai
juragan. Haha.
Saya memiliki
komitmen terhadap diri saya sendiri bahwasanya ketika saya mengikuti majelis
ilmu, saya tidak akan membiarkan ilmu itu punah di dalam kepala saya saja. Maka
saya mencatatnya lalu membagikannya melalui blog pribadi saya ini agar Ingatkan
saya jika suatu saat nanti saya lalai dengan komitmen yang saya buat ini. :)
Saya akan mengemas
perkataan Kak Kusnan ke dalam bentuk poin-poin saja agar lebih mudah dibacanya.
Tentunya dengan redaksi yang ditambahkan mau pun dikurangi oleh saya. Untuk
itu, jika terdapat perbedaan pemahaman, mohon dimaklumi. Sesungguhnya perbedaan
itu ialah rahmat. Berikut adalah beberapa poin yang dapat saya tangkap:
- Orang yang bilang bahwa dengan belajar bahasa Inggris akan menghilangkan sisi nasionalis, suruh belajar ratusan bahasa daerah di Indonesia saja. Mungkin ia tidak tahu bahwa sebentar lagi kita akan memasuki era Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Nasionalisme bukan seperti itu. Justru dengan belajar bahasa Inggris, kita berkontribusi untuk negara ini. Itu merupakan tanda kecintaan kita terhadap bangsa dan negara. Itulah nasionalisme.
- Saat Kak Kusnan mengikuti konferensi di Vietnam, ia sempat bertanya pada delegasi dari beberapa negara tentang kesiapan negara mereka untuk menghadapi MEA 2015. Jawabannya mencengangkan! Filipina sudah siap sejak tahun 1990, Thailand juga siap dan itu terbukti dari penggencaran misi mereka untuk menjadi dapur dunia, apalagi Singapura sebagai negara dengan urutan ke-24 (Saya lupa berdasarkan apa. Mungkin berdasarkan tingkatt kemakmuran). Indonesia berada di urutan ke-124. Bayangkan! Beda 100 dengan Singapura. Bahkan Palestina yang masih terjajah pun berada di urutan 114. Lho, kita yang sudah sering berteriak “Merdeka!!!” justru berada di bawahnya.
- Salah satu faktor penyebab ketidaksiapan Indonesia untuk menyongsong berbagai hal ialah kualitas sumber daya manusia kita. Salah satu cara membenahinya ialah melalui jalur pendidikan. Pendidikan ini tentunya sangat berkaitan dengan belajar.
- Syarat belajar yang pertama adalah teachable. Maksudnya kita harus bisa diajar. Selama ini jika ada duru atau dosen masuk ke kelas biasanya perasaan kita deg-degan, gugup, pokoknya ingin cepat-cepat jam istirahat atau pulang. Sedangkan ketika kawan kita mengabarkan bahwa guru atau dosen kita tidak dapat hadir karena sakit atau alasan lainnya, kita justru bahagia luar biasa. Ditambah dengan materi pelajaran yang begitu banyak dan tidak semuanya kita sukai. Bagaimana ilmu bisa terserap secara sempurna?
- Harusnya kita teachable, dalam artian ikhlas dan senang pada saat ingin menerima pelajaran. Berbahagialah. Barulah bisa menerima ilmu dengan baik. Namun jika kita memang benar-benar tidak suka dengan pelajarannya, keluar! Jika itu bukan passion kamu, berhentilah memaksakan diri! Itu diibaratkan seperti makan banyak namun makanannya tidak menjadi daging mau pun energi. Sia-sia. Untuk apa duduk berlama-lama dengan perasaan tidak senang lalu tidak mendapatan apa-apa pula?
- Menurut penelitian, kebahagiaan orang yang lulus sekolah atau universitas indeks emosinya sama seperti indeks emosi kebahagiaan orang yang dibebaskan dari penjara. Logikanya, selama ini kita sekolah atau kuliah seperti dipenjara, kan? Ya, selama ini kita belajar tidak untuk menjadi tahu, tapi untuk menjadi stress.
- Biasakan untuk tidak menyender pada saat belajar atau bekerja. Menyender dapat mengurangi 40% dari energi kita. Pernah bertanya mengapa para anggota DPR sering tertidur pada saat rapat? Salah satunya karena mereka terlalu lama bersandar di dalam mobil mewah, dan setelah sampai di tempat kerja mereka diberi sandaran yang mewah juga. Tanpa menyender, kita akan lebih efisen waktu dan produktif. Kalau kita menyender, kita akan terlalu banyak berpikir, tapi tidak bergerak.
- Agar memiliki energi yang banyak dan perasaan bahagia ketika belajar dan bekerja, biasakan berteriak dan berjalan dengan cepat. Aneh? Iya. Namun tahukah bahwa yang membedakan orang hebat dengan orang yang biasa-biasa saja terletak pada kebiasaannya?
- Kak Kusnan pernah mengisi acara di beberapa sekolah semimiliter. Di sana, jika ada yang mengantuk atau memasang tampang tidak senang ketika sebuah acar berlangsung, akan didatangi oleh kakak angkatan mereka untuk ditampar atau disemprot dengan air sabun.
- Syarat belajar yang kedua adalah konsentrasi. Penghancur konsentrasi yang paling kuat pada masa ini adalah gadget. Gadget sudah seperti Tuhan, lebih dihargai daripada omongan guru atau dosen. Tak kaget jika generasi kita lebih bangga jika eksis di media sosial karena sering pajang foto selfie daripada berkarya dan berprestasi.
- Saya tergetar hatinya ketika Kak Kusnan bilang, “Saya bukan orang kaya, saya bukan orang pintar, tapi saya melayakkan diri.” Kemudian Kak Kusnan bercerita tentang masa lalunya. Kak Kusnan adalah seorang yatim piatu sejak kecil. Kak Kusnan dirawat oleh pakdenya. Kak Kusnan dikenal sebagai anak yang bandel seperti preman. Suatu saat Kak Kusnan mengikuti lomba dan dikalahkan oleh peserta-peserta perempuan. Malunya bukan main. Kemudian Kak Kusnan ingin ikut lomba lagi. Ia ikut perlombaan catur dan menjadi juara ke-3 dari 3 peserta. Meski begitu, Kak Kusnan sangat bangga ketika membawa pulang piala dan hadiah lainnya ke rumah. Mulai saat itu, Kak Kusnan bertekad untuk mendapatkan piala-piala yang selanjutnya. Kak Kusnan ingin juga menjadi yang terbaik di kelas. Ia ingin meraih peringkat pertama. Kak Kusnan bertanya pada pakdenya tentang bagaimana caranya agar mendapat peringkat pertama di kelas. Pakdenya menjawab, “Nyontek.” Namun mencontek di sini maksudnya adalah melakukan apa yang dilakukan oleh temannya yang mendapat ranking satu. Pakde menyusun pertanyaan untuk Kak Kusnan tanyakan kepada temannya yang ranking satu itu. Setelah mendapat jawabannya, Kak Kusnan menyadari satu hal yang dilakukan oleh temannya yang ranking satu namun tidak dilakukan olehnya, yaitu belajar selama dua jam perhari ditemani oleh ibunya. Sejak saat itu, Kak Kusnan mulai belajar dengan rutin sambil ditemani oleh pakdenya yang cukup galak itu. Singkat cerita, pada saat pengambilan rapor, seisi ruangan kelas memerhatikan Kak Kusnan. Ternyata hal itu dikarenakan nama Kak Kusnan terpampang di papan tulis sebagai peraih peringkat pertama. Subhanallah!
- Kalau kita meminta pada Allah, PASTI DIKASIH, tapi menggantung. Biar turun, makanya usaha! Mintalah dengan percaya diri! Jangan, “Ya Allah, masukkan aku ke UIN. Eh, tapi ke universitas swasta juga nggak apa-apa, deh.” Jangan juga mendoakan suatu takdir yang sudah tidak bisa diubah, sepeti minta jodoh yang cantik. Allah akan mempertanyakan doa kita yang seperti itu. Karena hal tersebut (jodoh, kematian, dan lain-lain) sudah ditetapkan oleh Allah saat kita masih berusia empat bulan di dalam perut ibu kita. Kalau Allah sudah menakdirkan jodoh kita jelek, ya akan tetap jelek. Namun percayalah bahwa itu yang terbaik dari Allah. Lebih baik buatlah daftar permintaan di kertas dan bacakan ketika berdoa. Yakinlah pasti dikabulkan satu persatu. Allah menyukai orang-orang yakin kepada-Nya.
- Kak Kusnan pernah mengisi sebuah acara di sebuah sekolah atau universitas. Kak Kusnan bertanya, “Siapa yang ingin pada saat bangun tidur ada uang delapan milyar di kasurnya?” Namun tidak ada satu pun yang mengangkat tangan. Saat ditanya alasannya, mereka menjawab, “Karena hal itu tidak mungkin.” Kak Kusnan bilang, “Kalau saya jadi guru dari murid-murid seperti itu, saya lebih memilih untuk berhenti mengajar. Bermimpi saja mereka tidak berani.”
- Mengapa kita tidak pernah sukses? Karena kita tidak pernah menghargai kesuksesan-kesuksesan kecil kita. Cobalah buat daftar pencapaian mulai dari pencapaian kecil, sedang, sampai besar. Hal itu membantu kita untuk bersyukur dan terus mengembangkan diri. Kita lahir ke dunia ini saja sebetulnya sudah merupakan sebuah prestasi.
- Ada seorang anak lelaki yang baru lulus SMA. Dengan bangganya, ia memamerkan ijazah SMA-nya kepada kedua ibunya. Namun ibunya kelihatan murung. Ternyata karena ayahnya sedang terbaring di kamar lantaran terkena penyakit stroke. Kemudian anak itu pun bertanya mengapa ayahnya tidak dibawa ke rumah sakit. Ibunya menjawab bahwa mereka tidak memiliki cukup uang. Kemudian anak itu bertekad untuk merantau ke Jakarta dan memegang prinsip, “Saya tidak mau pulang sebelum saya menjadi orang kaya.” Lalu ia memulainya dengan menjadi pedagang asongan, office boy, dan yang terakhir ia menjadi seorang vice president of Citibank Indonesia serta dewan penasihat Dompet Dhuafa. Ya, ia adalah Houtman Zainal Arifin.
- Ada seorang guru matematika yang memiliki anak yang bodoh matematika. Bukankah itu sebuah hal yang memalukan? Untuk itu, sang guru mencari metode belajar yang tepat agar anaknya setidaknya memahami matematika. Sampai akhirnya ia berhasil menemukan metode belajar yang cocok untuk anaknya, bahkan hingga anaknya memahami kalkulus diferensial dan intergral saat masih kelas 6 SD. Ya, sang guru ialah Toru Kumon, penemu metode belajar Kumon yang kini lembaganya sudah meluas ke mana-mana. Hal lain yang perlu kita ketahui, Toru Kumon semasa hidupnya hanya menikmati 10% keuntungannya dari lembaga Kumon. Sisanya ia sumbangkan untuk mendirikan lembaga pendidikan yang lain.
- Nabi Muhammad SAW adalah contoh nyata orang Islam yang sukses dunia dan akhirat. Bayangkan, pada usia 12 tahun beliau sudah meakukan transaksi ekspor-impor tanpa bantuan koneksi internet. Kemudian pada usia 15 tahun, belian ikut berperang tanpa pernah masuk sekolah militer sebelumnya. Pada usia 20 tahun beliau menjadi juru damai tanpa pernah menjadi diplomat sebelumnya. Lalu pada usia 25 tahun, beliau menikahi Khadijah dengan mas kawin yang berkisar 25 milyar rupiah. Malu rasanya ketika generasi kita menjargonkan tentang nikah muda, tapi hanya bermodalkan hafalan Alquran. Cemen! Muslim itu harus kaya dan cerdas. Harus.
- Cobalah baca buku “1001 Penemuan Islam” dan dari sana kita dapat menyimpulkan bahwa mungkin kita sekarang ini berada di fase keempat. Fase selanjutnya adalah fase kejayaan Islam. Aamiin. InsyaAllah.
- Rumus sukses sebenarnya sederhana. Expert >< Asset >< Epos. Expert adalah kita harus menjadi seseorang yang diakui sebagai ahli dan bisa diandalkan dalam bidangnya. Asset adalah sesuatu yang ada di dalam diri kita yang merupakan nilai tambah. Epos adalah kemampuan kita untuk menebar energi positif dalam keseharian kita. Ibarat sebuah balapan Formula-1, expert adalah pembalap yang handal (sebut saja Michael Schumacher), asset adalah kendaraannya (Ferrari), dan epos adalah bahan bakarnya (bensin super).
Kemudian saya
teringat akan motto hidup Kak Kusnan yang tidak begitu ia jelaskan. Ia hanya
bilang bahwa motto hidupnya adalah surat At-Taubah ayat 105. Ketika saya
mencarinya di dalam Alquran, saya tertegun. Sungguh merupakan diksi yang indah
yang disampaikan Allah untuk hamba-Nya. Beginilah keindahan itu dituliskan:
“Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang mukmin, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu diberikan-Nya kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. At-Taubah [9]: 105)
Saya pun keluar
ruangan bagai ponsel yang baru saja diisi ulang dayanya. Gelagat saya ketika
meninggalkan kampus FITK lebih ceria daripada ketika saya mendatanginya.
Saya, kamu, dia,
kami, mereka, kalian, kita semua berhak untuk mencapai kehidupan yang lebih
baik. Saya berdoa agar kehidupan yang lebih baik menurut versi kita itu sama
seperti kehidupan yang lebih baik menurut versi Allah, sehingga kekayaan,
kekuasaan, dan lain-lain yang kita dapatkan bukan malah menjauhkan kita
dari-Nya, tapi justru mendekatkan. Aamiin.
Itulah yang dapat
saya sampaikan. Semoga bermanfaat untuk kita semua! ;)
Wassalamu’alaikum…
No comments:
Post a Comment