10 September 2016

Memahami Titik B: Ilmu Parenting dalam Sebuah Puisi

(Source: pinterest.com)

Hai! Assalamu’alaikum!


~~~

Berbicara mengenai sastra dan generasi penerus, saya jadi teringat sebuah video yang baru-baru ini saya saksikan. Jadi ceritanya, saya memang berlangganan situs TED. Namun sebelum mengetahui kabar kencangnya Wi-Fi di fakultas sebelah, saya hanya menonton videonya sesekali dengan kuota saya sendiri. Nah, belakangan ini saya sering mengunjungi fakultas sebelah karena beberapa alasan. Ya sudah, sekalian saja saya manfaatkan fasilitasnya. Toh, saya juga sudah bayar uang semester. :p 

Dengan koneksi yang lumayan cepat itu, saya berinisiatif untuk mengunduh beberapa video TED yang judulnya menarik perhatian saya, salah satunya adalah “If I Should Have A Daughter” atau “B” oleh Sarah Kay. Jujur saja, ketika menyaksikan untuk pertama kali, saya teralihkan oleh gaya spoken words Sarah Kay. Sebelumnya, saya tidak mengenalnya, namun karena video tersebut, saya jadi ingin mencari tahu tentangnya. Dan benar saja, ternyata ia ialah seorang penyair spoken words poetry yang sudah sangat ahli di bidangnya. Hal tersebut terlihat jelas dari penampilannya selama di atas panggung TED. Ia berhasil menjadikan videonya sebagai salah satu video yang paling sering ditonton di situs TED.

Ketika saya menyaksikan video tersebut untuk yang kedua kalinya, saya baru tersadar bahwa tak hanya pembawaannya yang menyihir, namun ternyata kata-kata yang tertuang dalam puisi tersebut juga begitu memesona. Walau pada bait-bait awal puisinya menuntut imajinasi yang sangat tinggi – yang mungkin akan membuat orang menyerah untuk menginterpretasinya, namun pada bait-bait selanjutnya Sarah Kay dapat membuat kita tercengang sambil berkata, “Oh, itu maksudnya! Kiasan yang sangat indah!” 

~~~

Di samping hal-hal yang berkaitan dengan estetika, saya juga dapat menangkap adanya pesan yang hendak disampaikan Sarah Kay dalam puisinya tersebut. Sarah Kay ingin membagikan pengalaman orangtuanya (khususnya ibunya) saat membesarkan Sarah Kay – yang ia harap dapat menjadi bekal untuknya dan untuk audiens lain yang telah atau akan menjadi orangtua – yang dikemas manis dalam sebuah puisi. Dengan kata lain, puisi Sarah Kay yang penuh metafora dan retorika tersebut sarat akan ilmu parenting. 

Keindahan yang mengandung makna dalam puisi Sarah Kay tersebut sejalan dengan pernyataan Horace. Menurut Horace, sastra itu harus bersifat “dulce et utile” yang artinya “menghibur dan bermanfaat”. Saya mengetahui sifat sastra tersebut dari buku “Membaca Sastra” yang merupakan buku pegangan wajib saya saat masih berkuliah di jurusan sastra. 
Lalu seperti apa puisi Sarah Kay yang menurut saya sudah memenuhi sifat “dulce et utile”? Simak video berikut ini, ya!




Berikut akan saya tampilkan teks bahasa Inggrisnya. Seperti yang telah diketahui bersama, karya sastra yang diterjemahkan ke bahasa lain belum tentu sama mengena dengan versi aslinya. 

If I should have a daughter, instead of "Mom," she's going to call me "Point B," because that way she knows that no matter what happens, at least she can always find her way to me.

And I'm going to paint solar systems on the backs of her hands so she has to learn the entire universe before she can say, "Oh, I know that like the back of my hand."

And she's going to learn that this life will hit you hard in the face, wait for you to get back up just so it can kick you in the stomach. But getting the wind knocked out of you is the only way to remind your lungs how much they like the taste of air.

There is hurt, here, that cannot be fixed by Band-Aids or poetry. So the first time she realizes that Wonder Woman isn't coming, I'll make sure she knows she doesn't have to wear the cape all by herself, because no matter how wide you stretch your fingers, your hands will always be too small to catch all the pain you want to heal. Believe me, I've tried.

"And, baby," I'll tell her, don't keep your nose up in the air like that. I know that trick; I've done it a million times. You're just smelling for smoke so you can follow the trail back to a burning house, so you can find the boy who lost everything in the fire to see if you can save him. Or else find the boy who lit the fire in the first place, to see if you can change him.

But I know she will anyway, so instead I'll always keep an extra supply of chocolate and rain boots nearby, because there is no heartbreak that chocolate can't fix. Okay, there's a few that chocolate can't fix. But that's what the rain boots are for, because rain will wash away everything, if you let it.

I want her to look at the world through the underside of a glass-bottom boat, to look through a microscope at the galaxies that exist on the pinpoint of a human mind, because that's the way my mom taught me. That there'll be days like this. There'll be days like this, my momma said.

When you open your hands to catch and wind up with only blisters and bruises; when you step out of the phone booth and try to fly and the very people you want to save are the ones standing on your cape; when your boots will fill with rain, and you'll be up to your knees in disappointment. And those are the very days you have all the more reason to say thank you.

Because there's nothing more beautiful than the way the ocean refuses to stop kissing the shoreline, no matter how many times it's sent away. You will put the wind in win some, lose some. You will put the star in starting over, and over. And no matter how many land mines erupt in a minute, be sure your mind lands on the beauty of this funny place called life.

And yes, on a scale from one to over-trusting, I am pretty damn naive. But I want her to know that this world is made out of sugar. It can crumble so easily, but don't be afraid to stick your tongue out and taste it.

"Baby," I'll tell her, "remember, your momma is a worrier, and your poppa is a warrior, and you are the girl with small hands and big eyes who never stops asking for more."

Remember that good things come in threes and so do bad things. Always apologize when you've done something wrong, but don't you ever apologize for the way your eyes refuse to stop shining. Your voice is small, but don't ever stop singing.

And when they finally hand you heartache, when they slip war and hatred under your door and offer you handouts on street-corners of cynicism and defeat, you tell them that they really ought to meet your mother.

~~~

(Source: hellopinecone.com)

Saya juga akan mencoba untuk menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia. Memang sudah ada teks bahasa Indonesianya; saya pun merujuk dari sana. Namun saya akan berusaha untuk mengemasnya ke dalam kesatuan yang lebih mudah untuk dipahami. Kira-kira seperti ini:

Bila aku mempunyai seorang anak perempuan, daripada ia memanggilku “Ibu”, lebih baik ia memanggilku “titik B”. Karena dengan begitu, ia tahu bahwa apapun yang terjadi, setidaknya ia akan menemukan jalan menuju diriku.

Dan aku akan melukis sistem tata surya di balik telapak tangannya. Jadi ia harus belajar tentang dunia seutuhnya sebelum ia bisa berkata, “Oh, aku tahu! Itu semudah membalikkan telapak tangan!”

Dan ia akan belajar bahwa hidup ini akan menampar wajahnya dengan keras, dan menunggunya bangkit agar bisa menendangnya tepat di perut. Tapi membiarkan angin melumpuhkannya ialah satu-satunya cara untuk mengingatkan paru-parunya betapa paru-parunya itu sangat menyukai udara.

Ada sakit di sini yang tak bisa disembuhkan oleh Band-Aids atau puisi. Jadi saat pertama ia menyadari bahwa Wonder Woman tak akan datang, kupastikan ia tak harus mengenakan jubah Wonder Woman untuk dirinya sendiri. Karena seberapa lebar ia merenggangkan jari-jarinya, tangannya akan tetap terlalu kecil untuk menangkap semua sakit yang ingin ia sembuhkan. Percayalah, aku pernah mencobanya.

Dan sayang, aku mengatakan kepadanya, jangan letakkan hidungmu di udara seperti itu. Aku tahu trik itu. Aku melakukannya sejuta kali. Kau hanya mencium asapnya, kemudian kau bisa mengikuti jejaknya ke arah rumah yang terbakar, dan kau bisa menemukan anak lelaki yang kehilangan segalanya di kebakaran itu untuk melihat apakah kau bisa menyelamatkannya. Atau mungkin juga, kau akan menemukan anak lelaki yang menyulut kebakaran itu, untuk mencari tahu apakah kau bisa mengubahnya.

Tapi aku tahu kau akan melakukannya, jadi aku selalu menyiapkan ekstra coklat dan sepatu boot di dekatmu. Karena tak ada patah hati yang tak bisa disembuhkan oleh coklat. Baiklah, ada beberapa patah hati yang tak bisa disembuhkan oleh coklat, tapi itulah gunanya sepatu boot. Karena hujan akan menghanyutkan segalanya, bila kau membiarkannya.

Aku ingin kau melihat dunia melalui kaca di permukaan bawah kapal, untuk melihat melalui mikroskop di galaksi yang ada di ujung pikiran manusia. Karena begitulah Ibu mengajarkanku. Di mana ada hari seperti ini. Akan ada hari seperti ini, begitu kata Ibu. 

Saat kau membuka tanganmu untuk menangkap dan berakhir hanya dengan gelembung dan lebam; saat kau keluar dari kotak telepon umum dan berusaha terbang dan orang yang ingin kau selamatkan adalah orang yang menginjak jubahmu; saat sepatu bootmu penuh dengan air hujan, dan kau akan kecewa hingga batas lututmu. Dan itu adalah hari di mana kau punya alasan lebih untuk mengucapkan terima kasih. Karena tak ada yang lebih indah daripada cara lautan menolak untuk mencium batas pantai, tak penting seberapa banyak itu tersapu.

Kau akan meletakkan angin dalam kemenangan atau kekalahan. Kau akan meletakkan bintang dalam memulai dan memulai kembali. Dan berapa pun jumlah ladang ranjau yang akan meledak dalam semenit, pastikan pikiranmu mendarat pada keindahan di tempat ini yang kita namakan kehidupan.

Dan ya, dalam skala satu sampai berlebihan, Aku amat sangat naif. Tapi aku ingin kau tahu bahwa dunia ini terbuat dari gula. Ia bisa hancur dengan mudahnya, tapi jangan takut untuk mengeluarkan lidahmu dan merasakannya.

Sayang, aku memberitahunya, "ingat, ibumu adalah seorang yang mudah khawatir, dan ayahmu adalah seorang pejuang, dan kamu adalah gadis dengan tangan kecil dan mata besar yang tak pernah berhenti meminta lebih." 

Ingat, hal yang baik datang dalam tiga hal, tapi begitu juga hal buruk. Dan selalu ucapkan maaf saat kamu berbuat salah, tapi jangan pernah meminta maaf ketika matamu menolak untuk berhenti bersinar. Suaramu kecil, tapi jangan pernah berhenti bernyanyi.

Dan saat akhirnya mereka membuatmu sakit hati, saat mereka menyelipkan perang dan kebencian di bawah pintumu dan menawarkanmu selebaran di ujung jalan akan kesinisan dan kekalahan, katakan pada mereka bahwa mereka harus bertemu ibumu.

~~~

Saya tidak akan menjelaskan analisis saya terhadap puisi tersebut. Silakan interpretasikan sendiri dan temukan ilmu parenting yang terselip di dalamnya. Satu hal yang perlu kita ketahui bersama, bahwa belajar “teknik hidup” itu bisa dari mana saja. Tidak harus selalu dari hal yang kamu anggap paling realistis. Bukan begitu, para calon titik B? :)

Sekian. Wassalamu’alaikum.

~~~

Bacaan:


No comments:

Post a Comment