07 December 2017

Bystander Intervention: Lawan Pelecehan di Jalan!


(Pic: pexels.com)
Assalamu'alaikum.
"Suit suit..."
"Neng, mau ke mana?"
"Assalamu'alaikum, Bu Haji."

Masih banyak contoh ujaran lain yang kerap ditujukan kepada kita (khususnya perempuan) oleh orang tak dikenal (biasanya lelaki) di jalan maupun ruang publik lainnya. Jika tak ingin ambil pusing, ucapan-ucapan tersebut hanya lewat sekilas saja dalam pikiran kita karena kita menganggapnya sekadar guyonan. Namun tahukah kamu bahwa ternyata ucapan-ucapan tersebut termasuk dalam salah satu bentuk pelecehan? Kita mengenalnya dengan istilah "catcalling."
Catcalling belum memiliki padanan kata dalam bahasa Indonesia. Situs Kumparan mendefinisikan catcalling sebagai lontaran ucapan dalam suara keras yang memiliki tendensi seksual, misalnya bersiul, berseru, atau berkomentar kepada perempuan yang lewat di jalanan, sehingga menimbulkan ketidaknyamanan pada diri si perempuan. Ya, seperti ucapan-ucapan yang telah saya contohkan di awal tadi.
Sebagai perempuan berhijab yang sering bergelut dengan aktivitas di ruang publik sendirian, saya pernah beberapa kali diganggu dengan ucapan salam dari lelaki yang tidak saya kenal. Jujur, sebelum mengetahui bahwa ucapan itu adalah bentuk pelecehan, saya pun secara naluriah sudah tidak nyaman dengan perlakuan seperti itu. Namun saya tetap menjawab salam mereka. Setelah mengetahui bahwa ucapan tersebut merupakan catcalling, saya pun menjadi galau. Apakah saya harus membalas salam tersebut atau mendiamkannya saja? Islam mewajibkan kita untuk selalu menjawab salam. Namun jika saya menjawab salam mereka, itu artinya saya membenarkan ketidaksopanan mereka. Nah, lho! Dilematis, bukan?

Saya juga punya pengalaman tak mengenakkan lainnya. Ketika saya sedang berjalan sendirian di trotoar dekat sebuah instansi, saya melihat ke arah kiri saya dan menemukan seorang bapak sedang menatap saya dalam-dalam sambil memainkan retsleting celananya seolah ingin menunjukkan yang tersembunyi di dalamnya. Saya berusaha tetap tenang berjalan sambil memalingkan wajah saya darinya. Alhamdulillah, bapak tersebut tidak mengambil tindakan lanjutan seperti mengejar saya atau semacamnya. Saya bingung, ternyata hijab yang saya kenakan belum terlalu cukup untuk menghalau tindakan seperti itu. Akhirnya saya berkesimpulan bahwa tiap terjadi pelecehan, ialah pelaku saja yang patut untuk disalahkan, bukannya menyalahkan korban yang berpakaian jenis tertentu, keluar sendirian, pulang larut malam, atau lainnya. Bukankah kami (korban) sudah menjaga kemaluan kami? Lalu mengapa mereka (pelaku) tidak mau menjaga pandangannya?

Alhamdulillah, pada 21 November 2017 lalu, saya sedikit-banyak memperoleh jawaban dari kegelisahan saya selama ini terhadap perlakuan yang kurang sopan di jalan. Karena pada hari itu saya berkesempatan hadir dalam acara workshop dari Komunitas Hollaback! Jakarta, yaitu Bystander Intervention Class (Kelas Intervensi Saksi). Acara tersebut diadakan sebagai salah satu rangkaian menuju Bulan Relawan Nasional, sekaligus agenda untuk memperingati 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan. Dalam workshop tersebut, peserta akan diajarkan cara untuk melawan pelecehan di ruang publik jika peserta berada di posisi saksi atau orang yang menyaksikan potensi pelecehan atau pelecehan yang sedang atau sudah terjadi.
Dalam kesempatan berharga itu, saya sempat menanyakan tentang bagaimana saya harus merespons catcalling dalam bentuk ucapan salam. Terdapat beberapa sudut pandang dari forum tersebut dalam menjawab pertanyaan saya. Pertama, saya menjawab salam tersebut kemudian secara tegas memberitahu bahwa perlakuan barusan ialah pelecehan yang sebaiknya tidak diulangi lagi. Kedua, saya menjawab salam tersebut di dalam hati sambil pergi dari hadapan lelaki tersebut. Ketiga, tidak saya jawab sama sekali karena salam yang wajib dijawab ialah salam dengan niat yang baik, bukan salam yang ditujukan untuk melecehkan.

Sumber: Facebook Fanpage Hollaback! Jakarta

Dari ketiga perspektif tersebut, metode yang kemungkinan besar akan saya gunakan adalah yang kedua. Haha. Meski saya belum menanyakan perihal catcalling berbungkus salam dalam koridor syariah, setidaknya saya cukup tenang dengan dukungan teman-teman dalam forum tersebut. Perspektif mereka tentunya sangat saya hargai. Lain kali, saya akan menambahkan referensi jawaban dari pihak yang berwenang menjawabnya secara syar'i.
Tentu tidak hanya hal itu yang kami diskusikan di dalam kelas. Kembali pada tema dari workshop tersebut, kami pun banyak mempelajari tentang cara menjadi saksi yang baik dalam pelecehan di ruang publik. Berikut adalah rangkuman dari file presentasi yang dikirim Komunitas Hollaback! Jakarta ke surel saya. Tapi sebelumnya, saya mengimbau teman-teman untuk terlebih dahulu menonton video di bawah ini agar mengetahui data dan fakta bahwa Indonesia berstatus cukup darurat dalam hal pelecehan di ruang publik.


Nah, bagaimana perasaanmu setelah melihat video tadi? Miris, bukan? Untuk itu, maukah kamu menyempatkan waktumu untuk membaca postingan ini sampai habis demi kenyamanan kita bersama di ruang publik? Here we go

Apa Itu Komunitas Hollaback! Jakarta?


Apa yang Dimaksud dengan Pelecehan?



Apa Saja yang Termasuk Ruang Publik?


Bagaimana Hal yang Kamu Anggap Bercanda dapat Berdampak Sangat Serius?


Mengapa Kamu Selama Ini Diam Saja?


Apa Itu Bystander Intervention?


Bagaimana Cara Menjadi Bystander yang Baik?


Bagaimana Cara Melakukan Metode 5D dalam Menangani Pelecehan di Ruang Publik?







Ayo janji!
Setelah membaca sampai sini, mari kita sama-sama berjanji untuk membuat lingkungan sekitar kita menjadi aman dan nyaman! Kalau bukan kita, siapa lagi?


Sekian yang dapat saya sampaikan. Saya berharap besar postingan saya kali ini benar-benar dipraktekkan oleh teman-teman sekalian. Saya membayangkan Indonesia menjadi negara yang ramah terhadap perempuan di ruang publik sehingga perempuan tidak memiliki hambatan tertentu dalam berkarya. Perempuan di manapun berhak untuk menjadi perempuan yang berguna bagi agama, keluarga, bangsa, dan lingkungan lainnya. Semoga Allah selalu melindungi kita semua dengan mengirim manusia-manusia baik ke muka bumi ini. Tentu, kamu adalah salah satunya jika kamu mau sedikit saja peduli dengan orang-orang di sekitarmu. Ayo sama-sama lawan pelecehan di jalan! Sadar, sabar, berani, beraksi!

Sumber: Facebook Fanpage Kemendikbud


Wassalamu’alaikum.

2 comments:

  1. dibintangi dulu, nanti dibaca.

    follback dong http://ridous.blogspot.com

    ReplyDelete