|
Assalamu'alaikum.
"Suit
suit..."
"Neng,
mau ke mana?"
"Assalamu'alaikum,
Bu Haji."
Masih banyak contoh ujaran lain yang kerap ditujukan
kepada kita (khususnya perempuan) oleh orang tak dikenal (biasanya lelaki) di
jalan maupun ruang publik lainnya. Jika tak ingin ambil pusing, ucapan-ucapan
tersebut hanya lewat sekilas saja dalam pikiran kita karena kita menganggapnya sekadar guyonan. Namun tahukah kamu bahwa ternyata ucapan-ucapan tersebut
termasuk dalam salah satu bentuk pelecehan? Kita mengenalnya dengan istilah
"catcalling."
Catcalling belum memiliki padanan kata dalam bahasa
Indonesia. Situs Kumparan mendefinisikan catcalling sebagai lontaran ucapan
dalam suara keras yang memiliki tendensi seksual, misalnya bersiul, berseru,
atau berkomentar kepada perempuan yang lewat di jalanan, sehingga menimbulkan
ketidaknyamanan pada diri si perempuan. Ya, seperti ucapan-ucapan yang telah
saya contohkan di awal tadi.
Sebagai perempuan berhijab yang sering bergelut
dengan aktivitas di ruang publik sendirian, saya pernah beberapa kali diganggu
dengan ucapan salam dari lelaki yang tidak saya kenal. Jujur, sebelum
mengetahui bahwa ucapan itu adalah bentuk pelecehan, saya pun secara naluriah
sudah tidak nyaman dengan perlakuan seperti itu. Namun saya tetap menjawab
salam mereka. Setelah mengetahui bahwa ucapan tersebut merupakan catcalling,
saya pun menjadi galau. Apakah saya harus membalas salam tersebut atau
mendiamkannya saja? Islam mewajibkan kita untuk selalu menjawab salam. Namun
jika saya menjawab salam mereka, itu artinya saya membenarkan ketidaksopanan
mereka. Nah, lho! Dilematis, bukan?
Saya juga punya pengalaman tak mengenakkan lainnya.
Ketika saya sedang berjalan sendirian di trotoar dekat sebuah instansi, saya
melihat ke arah kiri saya dan menemukan seorang bapak sedang menatap saya
dalam-dalam sambil memainkan retsleting celananya seolah ingin menunjukkan yang
tersembunyi di dalamnya. Saya berusaha tetap tenang berjalan sambil memalingkan
wajah saya darinya. Alhamdulillah, bapak tersebut tidak mengambil tindakan
lanjutan seperti mengejar saya atau semacamnya. Saya bingung, ternyata hijab
yang saya kenakan belum terlalu cukup untuk menghalau tindakan seperti itu.
Akhirnya saya berkesimpulan bahwa tiap terjadi pelecehan, ialah pelaku saja yang
patut untuk disalahkan, bukannya menyalahkan korban yang berpakaian jenis
tertentu, keluar sendirian, pulang larut malam, atau lainnya. Bukankah kami (korban) sudah menjaga kemaluan kami? Lalu mengapa mereka (pelaku) tidak mau menjaga pandangannya ?
Alhamdulillah, pada 21 November 2017 lalu, saya
sedikit-banyak memperoleh jawaban dari kegelisahan saya selama ini terhadap
perlakuan yang kurang sopan di jalan. Karena pada hari itu saya berkesempatan
hadir dalam acara workshop dari Komunitas Hollaback! Jakarta, yaitu Bystander
Intervention Class (Kelas Intervensi Saksi). Acara tersebut diadakan sebagai
salah satu rangkaian menuju Bulan Relawan Nasional, sekaligus agenda untuk
memperingati 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan. Dalam workshop
tersebut, peserta akan diajarkan cara untuk melawan pelecehan di ruang publik
jika peserta berada di posisi saksi atau orang yang menyaksikan potensi
pelecehan atau pelecehan yang sedang atau sudah terjadi.
Dalam kesempatan berharga itu, saya sempat
menanyakan tentang bagaimana saya harus merespons catcalling dalam bentuk
ucapan salam. Terdapat beberapa sudut pandang dari forum tersebut dalam
menjawab pertanyaan saya. Pertama, saya menjawab salam tersebut kemudian secara
tegas memberitahu bahwa perlakuan barusan ialah pelecehan yang sebaiknya tidak
diulangi lagi. Kedua, saya menjawab salam tersebut di dalam hati sambil pergi
dari hadapan lelaki tersebut. Ketiga, tidak saya jawab sama sekali karena salam
yang wajib dijawab ialah salam dengan niat yang baik, bukan salam yang
ditujukan untuk melecehkan.
Sumber: Facebook Fanpage Hollaback! Jakarta |
Dari ketiga perspektif tersebut, metode yang kemungkinan besar akan saya gunakan adalah yang kedua. Haha. Meski saya belum menanyakan perihal catcalling berbungkus salam dalam koridor syariah, setidaknya saya cukup tenang dengan dukungan teman-teman dalam forum tersebut. Perspektif mereka tentunya sangat saya hargai. Lain kali, saya akan menambahkan referensi jawaban dari pihak yang berwenang menjawabnya secara syar'i.
Tentu tidak hanya hal itu yang kami diskusikan di
dalam kelas. Kembali pada tema dari workshop tersebut, kami pun banyak
mempelajari tentang cara menjadi saksi yang baik dalam pelecehan di ruang
publik. Berikut adalah rangkuman dari file presentasi yang
dikirim Komunitas Hollaback! Jakarta ke surel saya. Tapi sebelumnya, saya
mengimbau teman-teman untuk terlebih dahulu menonton video di bawah ini agar
mengetahui data dan fakta bahwa Indonesia berstatus cukup darurat dalam hal
pelecehan di ruang publik.
Nah, bagaimana perasaanmu setelah melihat video tadi?
Miris, bukan? Untuk itu, maukah kamu menyempatkan waktumu untuk membaca
postingan ini sampai habis demi kenyamanan kita bersama di ruang publik? Here
we go…
Apa
Itu Komunitas Hollaback! Jakarta?
Apa
yang Dimaksud dengan Pelecehan?
Apa
Saja yang Termasuk Ruang Publik?
Bagaimana
Hal yang Kamu Anggap Bercanda dapat Berdampak Sangat Serius?
Mengapa
Kamu Selama Ini Diam Saja?
Apa
Itu Bystander Intervention?
Bagaimana
Cara Menjadi Bystander yang Baik?
Bagaimana
Cara Melakukan Metode 5D dalam Menangani Pelecehan di Ruang Publik?
Ayo
janji!
Setelah membaca sampai sini, mari kita sama-sama
berjanji untuk membuat lingkungan sekitar kita menjadi aman dan nyaman! Kalau
bukan kita, siapa lagi?
Sekian yang dapat saya sampaikan. Saya berharap
besar postingan saya kali ini benar-benar dipraktekkan oleh teman-teman
sekalian. Saya membayangkan Indonesia menjadi negara yang ramah terhadap
perempuan di ruang publik sehingga perempuan tidak memiliki hambatan tertentu
dalam berkarya. Perempuan di manapun berhak untuk menjadi perempuan yang berguna
bagi agama, keluarga, bangsa, dan lingkungan lainnya. Semoga Allah selalu
melindungi kita semua dengan mengirim manusia-manusia baik ke muka bumi ini.
Tentu, kamu adalah salah satunya jika kamu mau sedikit saja peduli dengan
orang-orang di sekitarmu. Ayo sama-sama lawan pelecehan di jalan! Sadar, sabar,
berani, beraksi!
Sumber: Facebook Fanpage Kemendikbud |
Wassalamu’alaikum.
dibintangi dulu, nanti dibaca.
ReplyDeletefollback dong http://ridous.blogspot.com
Terima kasih sudah berkunjung :)
Delete