14 July 2018

Bagaimana Islam Memandang Sumpah, Sihir, dan Jimat?

Magic Stick. Source: freewallpapersdownload.com


Assalamu’alaikum. Aaah, Juli! Entah mengapa bagi saya Juli adalah bulan kasih sayang. Hehe. Padahal tiap bulan sama saja, sih. Namun ada alasan personal yang membuat saya menyukai bulan Juli, setelah bulan Juni. Juni dan Juli, memiliki tempat khusus yang sentimental dalam relung memori saya.

(Salah satunyaaa… karena alhamdulillah pada 4 Juli 2018 saya lulus sidang skripsi. Allah Maha Baik.)

Kamis, 12 Juli 2018, saya berkesempatan untuk menghadiri sebuah kajian muslimah yang rutin diadakan tiap Kamis pekan ke-2 tiap bulannya oleh Majelis Taklim Al-Mumtaz Shalihah di Masjid Ta’liful Quluub Bekasi. Pembahasan kajian kala itu ialah kelanjutan dari kajian sebelumnya, yaitu tentang 100 dosa yang kerap diremehkan oleh muslimah. Dalam tiap pertemuan akan dibahas beberapa dosa tersebut. Seperti misalnya pada hari ketika saya hadir, materi yang dibahas adalah tentang hukum bersumpah, melepas diri dari Islam, tukang sihir atau dukun, dan penggunaan jimat. Sedangkan pematerinya adalah Ustadz Syahrul Fatwa. MasyaAllah.
Btw, dulu rumah saya di Bumyagara; di kawasan masjid tempat saya kajian tersebut. Waktu masih tinggal di sana, tetangga-tetangga saya sering mengajak saya dan Mama untuk ikut kajian di situ. Tapi mungkin pada saat itu saya belum peka terhadap hidayah kali, ya. Sekarang giliran rumah sudah berada di perbatasan Bekasi-Bogor, baru demen~
Oh, ya! Saya suka kajian tersebut karena pembahasan materi tidak common sense. Mengandung elemen ilmiah juga yang mana selain menentramkan kalbu, bisa memuaskan fikriyah pula. Kajian ini semacam mengupas tuntas sebuah isi buku dengan judul yang sama dengan tema, yaitu 100 Dosa yang Diremehkan Wanita (Mukhalafat Nisa’iyyah, 100 Mukhalafah Taqa’u jihal Katsir minan Nisa’ bi Adillatiha Asy-Syar’iyyah), karya Abdul Lathif bin Hajis Al-Ghamidi yang tentunya sudah tidak asing lagi di kalangan ukhti-ukhti. Hihi.

Yeaaay, finally saya punya bukunya! Jadi ceritanya sudah sejak lama buku ini saya masukkan ke wish list di Tokopedia. Namun qadarullah baru diizinkan beli on the spot saat kajian. Timing-nya pas gitu. Hmm, mixed feelings. Senang, sih, punya bukunya. Tapi ketika baca isinya, bikin sedih karena ingat dosa. Huuu.

Bismillah, langsung saja saya paparkan poin-poinnya. (Netizen pun menghembuskan nafas lega karena akhirnya mereka selesai meladeni curhatan sang empunya blog. “KAPAN MATERINYA?!” Yaelah, chill napa.)


(P.S.: Tulisan ini saya rangkum dari kajian yang saya ikuti. Meski saya menulisnya dengan bahasa saya sendiri, mohon tidak dianggap seolah-olah saya yang sedang menasehati kamu. Penulis sedang menasehati dirinya sendiri, kok. Be a smart reader! Luvs.)


Bersumpah Memakai Nama Selain Allah

“Demi penguasa bumi dan syurgaaa, kau memang indaaah, wo o ooo~” HEHE.

Bersumpah dalam Islam ialah sesuatu yang diperbolehkan. Bahkan dalam Al-Quran sendiri terdapat kisah-kisah tentang manusia yang melakukan sumpah. Namun Islam itu way of life; sumpah boleh, tapi ada aturannya. Yang paling utama, pasti harus jujur dan benar. Dan… hanya boleh bersumpah dengan nama Allah. Tidak boleh dengan nama selain Allah. Demi ibu, demi ayah, demi apapun, demi oppa-oppa ganteng Korea, itu semua tidak boleh. Karena nanti jatuhnya syirik kecil. Sweet reminder for all muslimah out thereee: katakanlah “Demi Allah” dan hanya pada saat yang benar-benar serius membutuhkan sumpah.


Berlepas Diri dari Islam

“Gue benci Islam. Islam mah gini… Islam mah gitu… Mending gue pindah ke agama lain.”

Hello, Seus, belum pernah ya bibirnya disambelin? Kalau bicara mbok ya hati-hati. Sebab ketika kita bicara yang semacam itu dengan niat bercanda atau main-main, Allah menganggapnya ucapan yang sungguh-sungguh dan kita harus bertaubat. Kemudian apabila kita bicara seperti itu dengan niat serius, waduh, lebih bahaya lagi. Allah boleh jadi tidak memperkenankan kita kembali ke Islam dengan status selamat. Naudzubillah. :’)


Mendatangi Tukang Sihir atau Dukun

“Saya mencium bau-bau tanah basah di sekitar rumahmu. Penglihatan saya mengatakan bahwa semalam habis turun hujan.” Pffft.

Zaman dulu, tukang sihir atau dukun kalau di kampung-kampung praktiknya tertutup dan sangat jauh dari jangkauan masyarakat. Sekarang? Masuk TV! Hehe. Sihir secara bahasa berasal dari kata saharo yang artinya malam, bermakna sebagai sesuatu yang gelap dan tersembunyi sebabnya. Sedangkan tukang sihir atau dukun dikaitkan dengan orang yang mengaku mengetahui ilmu ghaib kemudian mengabarkannya pada manusia lain. Sihir dan tukang sihir itu ada dan nyata (bahkan Rasulullah pernah disihir oleh Labib), tapi bukan berarti fakta tersebut layak untuk dijadikan legitimasi manusia untuk syirik. Baik yang belajar sihir atau memanfaatkan sihir, sama-sama haram.

Mengapa sihir Allah larang?

1. Praktiknya selalu berbentuk ritual kesyirikan. Tukang sihir hampir dipastikan bekerja sama dengan setan dalam praktiknya. Dan setan tidak pernah membantu secara gratis. Pasti ada benda atau ritual yang setan ingin kita berikan dan lakukan untuk bangsa mereka.
2. Melanggar salah satu prinsip Islam, yaitu hanya Allah lah yang mengetahui hal-hal ghaib. Bahkan Rasulullah pun tidak tahu perkara-perkara ghaib. Kalau beliau tahu perang akan menang, untuk apa beliau memakai baju besi? Kemudian jika beliau tahu bahwa Aisyah difitnah berzina, mengapa beliau hampir percaya dengan rumor tentang Aisyah tersebut?
3. Dianggap kafir. Ketika kita mempercayai dukun, maka salat kita tidak diterima selama 40 tahun. Hiii.
4. Membentuk mental pemalas. Nah, ini saya sepakat banget! Mau kaya, mau dapat jodoh, mau menang, dan lain-lain bukannya kerja keras dan berdoa malah memilih jalan pintas. Ckck. Rasanya ingin jitak dan bilang, “Mikir!”

Apa bedanya dukun dengan karomah atau orang-orang terpilih yang memang diberikan kelebihan oleh Allah?

Perbedaannya terletak pada tingkat kesalihan. Perhatikan, apakah seseorang tersebut ibadahnya rajin dan benar atau tidak. Kebanyakan dukun nyaris pasti melenceng dari sifat-sifat salih. Contoh manusia karomah adalah Ummar bin Khattab. Saat beliau sedang mengisi kutbah Jumat di masjid, beliau tiba-tiba berkata “Pergilah ke gunung!” Padahal kalimat tersebut tidak ada kaitannya dengan materi kutbah. Saat kutbah selesai, beliau ditanya mengapa mengatakan hal demikian. Beliau menjawab, ketika ia sedang kutbah, ia dapat melihat pasukan-pasukan perangnya. Dan kalimat tadi merupakan perintahnya terhadap pasukan-pasukannya. MasyaAllah, seperti telepati gitu, ya? Beliaulah sang karomah karena memang kesalihannya tidak perlu dipertanyakan lagi. Nah, lo siape sok-sokan? (Nunjuk kaca. Hehe.)

Kemudian bagaimana cara memberantas sihir atau perdukunan? Beberapa di antaranya, yaitu:

1. Menjelaskan pada masyarakat tentang bahaya sihir atau perdukunan. Mengajarkan ilmu agama yang benar pada masyarakat agar memegang teguh tauhid. Hal ini bukan cuma tugas ustaz, tapi tugas seluruh insan. Dukun dan tukang sihir tidak akan menang melawan ahli tauhid.
2. Bekerjasama dengan pihak setempat seperti ketua RT, RW, dan lain-lain untuk menginvestigasi praktik perdukunan dan berani menindak tegas jika hal tersebut terbukti. Berkomitmen bersama-sama untuk menjaga lingkungan sekitar agar bebas dari hal-hal klenik.

Source: instagram.com/kajiansunnah_bekasi


Menggunakan Jimat

“Beli bacin (batu cincin), ah! Biar selalu bejo.”

Tidak usah muluk-muluk beli bacin kalau ingin bejo. Minum saja obat masuk angin yang itu, tuh. Hehe. Hmm, jimat… Jimat adalah sesuatu yang diyakini dapat membawa manfaat dan menolak bahaya. Bentuknya bisa macam-macam, ya salah satunya seperti bacin tadi. Tidak perlu terlalu berpikir mendalam untuk dapat mengetahui bahwa jimat itu dilarang Allah. Tanyakan saja pada diri sendiri, memangnya siapa yang dapat memberikan kita manfaat dan menjauhkan kita dari bahaya? Hanya Allah ta’ala. Bukan jimat.
Lho, bagaimana jika kita memakai jimat untuk sugesti saja namun tetap berkeyakinan bahwa Allah lah yang mengirim keberkahan? Tetap bahaya, shayyy. Hukum orang yang memakai jimat itu tergantung kondisinya. Pertama, jika ia menganggap bahwa jimat adalah satu-satunya sumber yang dapat memberi manfaat dan menolak bahaya, maka perbuatannya termasuk syirik besar. Kedua, jika ia menganggap bahwa jimat hanyalah media atau sarana, namun yang memberikan perlindungan tetaplah Allah, maka perbuatannya termasuk syirik kecil. Beware atuh! Sedikit-sedikit lama-lama menjadi bukit gimana?


Sesi Tanya-Jawab

Ini hanya beberapa pertanyaan yang saya pilih saja, ya. Ndak semuanya. Hehe.


Bagaimana hukum ruqyah? Bukankah ruqyah masuk ke dalam dimensi ghaib?

Dalam diri setiap manusia memang ada jin. Tidak perlu takut. Ruqyah boleh selama mematuhi kaidah-kaidah syariat. Namun ruqyah tidak boleh dijadikan sebagai profesi. Kita hanya boleh menganggap ruqyah sebagai perbuatan baik orang lain kepada yang di-ruqyah.


Bagaimana hukum orang yang bersumpah dengan Al-Quran? Lalu bagaimana Islam memandang sumpah pocong?

Tidak perlu bersumpah dengan Al-Quran. Hanya perlu menyebut nama Allah saja. Untuk sumpah pocong, Islam sama sekali tidak mengajarkan. Itu tidak boleh.


Bagaimana hukum gelang kesehatan dan pengobatan non-medis lainnya?

Islam tidak menyulitkan. Islam itu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan. Apabila gelang kesehatan dapat dijelaskan secara ilmiah khasiatnya, silakan saja dipakai. Namun harus benar-benar ada konfirmasi resmi dari pihak yang mendalami kesehatan kalau gelang itu sungguh-sungguh bisa menyehatkan.
Pengobatan non-medis seperti akupunktur, minum air zamzam, tanaman herbal, refleksi, terapi, dan lain-lain boleh. Asal memenuhi beberapa syarat, seperti tidak adanya kandungan bahan-bahan yang haram, tidak adanya ritual aneh yang menyimpang jauh dari ajaran Islam, dan terbukti secara ilmiah dapat bermanfaat untuk kesehatan.


Bagaimana membentengi dan menyembuhkan diri dari pengaruh sihir?

Cara membentenginya yaitu dengan memperbanyak dzikir pagi dan sore dan memakan kurma ajwa 7 butir setiap pagi. Kemudian cara menyembuhkannya adalah dengan ruqyah, dibacakan atau membaca sendiri Al-Quran, dan meminum perasan atau tumbukan air daun bidara.

~~~~~

Sekian. Itulah rangkuman materi kajian yang saya ikuti beberapa hari lalu. Alhamdulillah pembahasannya seruuu! Kamis pekan ke-2 bulan depan ikut kajian bareng, yuk! Bukan karena kita sudah shalihah, justru karena merasa bukan siapa-siapa makanya belajar. Semangaaat!
Terima kasih sudah mlipir. Semoga Allah mengampuni kesalahan-kesalahan saya saat menulis ini. See you later! Wassalamu’alaikum.


Source: https://tafsirq.com/10-yunus/ayat-107


No comments:

Post a Comment